Wijayanto melihat ada berbagai tekanan yang dilakukan oleh mereka yang memiliki power untuk mengcounter berbagai temuan fakta di dalam film dirty vote.
"Sampai tiga pakar di laporkan ke polisi, bahkan ada banned shadow kata kunci Dirty Vote sehingga sulit ditemukan," ujar Wijayanto.
Belum lagi disebut Wijayanto berbagai serangan dari Buzzer/Influencer/konten kreator yang masuk dalam cyber troops propaganda pemerintah terlibat dalam membuat opini publik di media sosial.
"Kalau kita lihat literatur demokrasi, Indonesia putar balik ke arah otoriter. Untuk itu warga negara punya power dalam Pemilu untuk menghukum mereka yang berkuasa namun ingin mematikan demokrasi," pungkasnya.
(Salman Mardira)