"Jadi film Dirty Vote itu menurut saya adalah catatan yang dibuat oleh tiga orang dosen hukum tata negara yang kita tahu semua kiprahnya terhadap perubahan dan satu sutradara yang juga mempunyai perhatian besar untuk soal-soal kemasyarakatan dan ini adalah catatan sejarah yang harus kita rawat dan harus kita kerjakan," kata Susi.
Susi mengatakan, film Dirty Vote juga menjadi catatan bahwa demokrasi di Indonesia itu adalah demokrasi kesejahteraan, bukan semata-mata demokrasi politik saja.
"Karena kita tahu apa sih fungsi pemilihan itu, yaitu untuk memilih pemimpin. Mereka lah yang memimpin kita dalam memilih kebijakan dan kebijakan itu adalah sesuai dengan UUD 1945 yang tujuan utamanya kesejahteraan rakyat," ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut Susi, inilah pentingnya demokrasi politik untuk menuju kepada demokrasi kesejahteraan.
"Di dalam salah satu tulisan saya beberapa tahun yang lalu, saya menulis saatnya rakyat berbicara titik, dua demokrasi kesejahteraan. Jadi apa yang kita rencanakan hari-hari ini itu akhirnya untuk kesejahteraan kita semua, bukan untuk kesejahteraan perorangan atau golongan," tuturnya.