DHAKA – Pelantikan Peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus sebagai pemimpin sementara Bangladesh berlangsung secara dramatis. Yunus menggantikan sekaligus ‘mematikan’ akhir kekuasaan Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina yang sudah memerintah selama 15 tahun.
Naiknya Yunus ke tampuk kekuasaan tidak terjadi begitu saja. Penunjukan pria berusia 84 tahun itu sebagai penasihat utama pemerintahan sementara dilakukan sehari setelah Hasina kabur meninggalkan negara itu setelah berminggu-minggu terjadi kerusuhan yang mematikan.
Mahasiswa yang memimpin protes mengatakan mereka tidak akan menerima pemerintahan yang dipimpin militer dan meminta Prof Yunus untuk memimpin pemerintahan sementara.
Para mahasiswa telah menyatakan dengan jelas bahwa mereka tidak akan menerima pemerintahan yang dipimpin militer, tetapi menginginkan Prof Yunus untuk memimpin. Di antara kabinet barunya adalah Nahid Islam dan Asif Mahmud, mahasiswa yang memimpin protes antipemerintah. Harapannya adalah Prof Yunus, yang disebut sebagai bankir untuk kaum miskin, akan membawa demokrasi kembali ke Bangladesh setelah bertahun-tahun pemerintahan otokratis.
Usai dilantik, Yunus pun bersumpah untuk menegakkan, mendukung, dan melindungi konstitusi. Pria berusia 84 tahun itu mengambil sumpah di istana presiden di Dhaka bersama lebih dari selusin anggota kabinet barunya. Dia berjanji akan melaksanakan tugasnya dengan tulus.
Prof Yunus juga memberi penghormatan kepada mereka yang meninggal, dengan mengatakan bahwa mereka telah melindungi bangsa dan memberinya kehidupan baru setelah pemerintahan PM Sheikh Hasina.
Meski Prof Yunus dipuji karena kepeloporannya dalam penggunaan pinjaman mikro, namun Hasina menganggapnya sebagai musuh bebuyutan dan pengadilan setempat baru-baru ini menjatuhkan hukuman penjara kepadanya atas apa yang ia gambarkan sebagai kasus bermotif politik.
Saat ini Yunus meminta kaum muda untuk membantunya membangun kembali negara Asia Selatan itu. Peraih Nobel Perdamaian itu dilantik menggantikan PM Sheikh Hasina yang dilengserkan dari pemerintahannya usai protes besar-besaran mahasiswa selama berminggu-minggu.
"Bangladesh bisa menjadi negara yang indah, tetapi kita telah menghancurkan kemungkinan-kemungkinannya," katanya.
"Sekarang kita harus membangun persemaian lagi, persemaian baru akan dibangun oleh mereka," tambahnya, sambil menunjuk ke arah para mahasiswa yang datang untuk menyambutnya.
(Susi Susanti)