Bukan tanpa alasan Badri melakukan penyamaran. Dengan situasi konflik saat itu, sulit untuk masuk ke dalam masyarakat Aceh yang trauma akibat konflik berkepanjangan. Sehingga, dirinya menyamar sebagai tukang buah Aceh perantauan.
Menjadi tukang buah membuat Badri leluasa untuk bergerak dari Medan, Sumatera Utara, Lhokseumawe di Aceh Utara untuk menjalankan bisnis buahnya yang mengantarnya masuk ke sarang GAM. Prosesnya sangat panjang untuk bisa mendapatkan kepercayaan GAM.
Selama setahun Badri memetakan situasi lapangan di Aceh, khususnya di sekitar Lhokseumawe yang menjadi basis militer kekuataan GAM. Pelan tapi pasti, satu per satu mulai dari para istri, orangtua, mertua, dan anak dari keluarga petinggi GAM berhasil dirangkul oleh Badri.
Sehingga mereka sangat bergantung pada bantuan Badri yang memposisikan dirinya sebagai petinggi TNI yang menjadi "pejuang" GAM.
(Qur'anul Hidayat)