JAKARTA - Cuaca ekstrem melanda Jabodetabek pada Selasa 28 Jabuari 2025 lalu. Sejumlah wilayah di Jakarta terkepung bencana hidrometeorologi, seperti banjir.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, penyebab cuaca ekstrem terjadi akibat dua hal yakni serbuan udara dingin dari dataran tinggi Siberia dan fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) atau arak-arakan awan hujan yang melintas di garis khatulistiwa Samudera Hindia.
"Salah satu penyebab hujan ekstrem ini serbuan udara dingin dari pegunungan atau dataran tinggi Siberia itu salah satu penyebabnya," kata Dwikorita dalam acara OneOnOne SindonewsTV, Kamis (30/1/2025).
"Tapi, juga terjadi Madden-Julian Oscillation (MJO) yaitu masuknya atau arak-arakan atau kumpulan awan hujan di sepanjang garis khatulistiwa di Samudera Hindia, mereka terjadi itu ada periode ulang siklus 30-60 hari sehingga waktu itu diprediksi Desember 2024 sudah aman akan terulang lagi 30-60 hari ini sudah kedatangan yang berikutnya," tambahnya.
Dwikorita menjelaskan, intensitas hujan di wilayah Tangerang, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Jakarta Timur pada Selasa 28 Januari 2025 melampaui ekstrem menembus hingga 250-264 Mm/hari.
"Jadi jika melihat peta ini ada warna pink yang dilingkari di atas oleh warna merah dan memanjang ke sebagian wilayah sana (Jawa Barat) ini menunjukkan yang pink ini intensitas hujan sudah melampaui ekstrem, ekstrem itu batasannya 150 Mm/hari ini pasti sudah melampaui 150 Mm artinya di wilayah Tangerang, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Jakarta Timur kemarin hujannya melampaui ekstrem yang merah ini di dalam kisaran ekstrem tadi 100-150 Mm/hari kalau ini diatas 150 Mm, bahkan ada yang sampai 250 Mm/hari, 264 Mm/hari itu melampaui ekstrem," jelasnya.