JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan adanya peningkatan aktivitas kegempaan di wilayah Jawa Barat, khususnya pada Sesar Lembang segmen barat. Masyarakat diminta tetap waspada terhadap kondisi yang kemungkinan timbuh dari aktivitas ini.
“Kami ingatkan segmen barat Sesar Lembang terjadi peningkatan aktivitas seismic,” kata Daryono dalam keterangannya kepada awak media, dikutip Rabu (20/8/2025).
Daryono pun membeberkan hasil monitoring BMKG bahwa sejak 24 Juli 2025 Sesar Lembang mengalami peningkatan aktivitas kegempaan, khususnya segmen Cimeta (barat).
Gempa-gempa tersebut dirasakan warga, yaitu kekuatan M1,8 yang terjadi pada 24 Juli 2025, kemudian M2,1 pada 28 Juli 2025, kekuatan M1,9 pada 14 Agustus 2025, kekuatan M1,8 pada 15 Agustus 2025, dan kekuatan M2,3 pada 19 Agustus 2025.
Sementara itu, pada Selasa, 19 Agustus 2025, pukul 11.41.57 WIB, BMKG juga mencatat telah terjadi gempa berkekuatan M2,3. Koordinat gempa terjadi di 6,82 LS-107,49 BT dengan pusat berada di darat, 9 km barat laut Kota Cimahi dan di kedalaman 10 km. Gempa ini masuk kategori gempa dirasakan, dengan skala II-III (lemah) di Bandung Barat.
“Yang pasti Sesar Lembang adalah sesar aktif. Jadi kapan saja bisa rilis. Fenomena seperti ini yang dikhawatirkan adalah gempa pembuka (foreshocks),” kata Daryono.
Daryono pun menunjukkan catatan bahwa gempa merusak pernah terjadi pada 28 Agustus 2011. Saat itu terjadi gempa kuat dengan magnitudo M3,3 yang juga dipicu oleh aktivitas Sesar Lembang segmen Cimeta. Gempa ini dilaporkan merusak 103 rumah di Kampung Muril Rahayu, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Bandung Barat.
“Pada 2011 magnitudo 3,3. Merusak 103 rumah di Kampung Muril Rahayu, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Bandung Barat. Segmen sesar Lembang Cimeta. Gempa ini magnitudonya kecil tapi merusak karena hiposenter gempanya dangkal, tanahnya lunak, akan makin berdampak jika struktur bangunannya lemah,” paparnya.
Meski begitu, Daryono menegaskan tidak ada kepastian bahwa peningkatan aktivitas saat ini akan memicu gempa besar. “Saya tidak katakan peningkatan aktivitas ini akan muncul gempa kuat, karena belum dapat diprediksi kapan gempa besar akan terjadi,” pungkasnya.
(Fetra Hariandja)