Beberapa tokoh dan pejabat hadir dalam acara “Harmoni Pemajuan Kebudayaan”, di antaranya para penglingsir puri di Bali; Ketua DPRD Provinsi Bali, Dewa Made Mahayadnya; Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supatma Rudana; Direktur Neka Art Museum, Pande Made Kardi Suteja; Kurator Pameran Seni Rupa Keris, Mikke Susanto; dan Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan.
Kemudian, hadir pula Sekretaris Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Wawan Yogaswara; Direktur Bina Kepercayaan dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi; Direktur Warisan Budaya, I Made Dharma Suteja; Direktur Eksekutif Museum dan Cagar Budaya, Indira Esti Nurjadin; Keluarga besar SNKI Korwil Bali; tokoh agama; akademisi; serta budayawan.
Rangkaian kegiatan “Harmoni Pemajuan Kebudayaan” di Neka Art Museum menjadi penegasan bahwa budaya Indonesia adalah suatu kesatuan yang hidup, yang tidak hanya tersimpan dalam arsip atau museum, tetapi dijalankan, dirasakan, dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Harmoni Pemajuan Kebudayaan menjadi bagian dari konferensi budaya tingkat internasional Culture, Heritage, Arts, Narratives, Diplomacy, and Innovations (CHANDI) 2025 yang akan dihelat 3–5 September 2025 di The Meru Sanur, Bali.
Melalui kegiatan ini, Kementerian Kebudayaan menunjukkan bahwa pemajuan kebudayaan bukan semata tanggung jawab pemerintah saja, melainkan gerakan bersama yang membutuhkan partisipasi aktif dari seniman, akademisi, pelaku adat, dan masyarakat luas.
Di tengah arus globalisasi dan perubahan zaman, harmoni semacam inilah yang memperkuat jati diri bangsa dan memastikan bahwa warisan budaya terus relevan dan berdaya guna bagi generasi kini dan mendatang.
(Agustina Wulandari )