"Para penjaga tidak memiliki empati atau rasa kemanusiaan ... Semua yang mereka lakukan sangat kejam. Obat-obatan orang – jantung, kanker, insulin – dibuang di depan mata mereka," katanya.
Greta juga mencatat melihat lubang peluru dan noda darah di dinding penjara, di samping pesan-pesan yang diukir oleh para tahanan Palestina yang ditahan di hadapannya.
Namun, ia kembali menekankan bahwa fokus cerita harus tetap pada Gaza, bukan pada perlakuan buruk terhadap peserta flotila: "Apa yang kami alami hanyalah sebagian kecil dari apa yang dialami warga Palestina."
Armada tersebut, yang terdiri dari 500 sukarelawan berusia 18 hingga 78 tahun, termasuk guru, dokter, pelajar, dan anggota parlemen. Banyak peserta, termasuk sukarelawan Yahudi, mempertaruhkan hubungan keluarga mereka untuk memprotes krisis kemanusiaan di Gaza.
Kementerian Luar Negeri Swedia, menurut Greta dan tahanan lainnya, sebagian besar gagal turun tangan membantu warganya yang ditahan. "Mereka tidak melakukan apa pun ... hanya berkata: 'Tugas kami adalah mendengarkan Anda. Kami di sini dan Anda berhak atas dukungan konsuler'," katanya.