Para aktivis dan analis telah lama memperingatkan akan adanya pembunuhan balas dendam berdasarkan etnis oleh RSF, bahkan sebelum pasukan paramiliter itu merebut Al-Fashir — benteng terakhir militer Sudan di Darfur.
Kantor hak asasi manusia PBB membagikan laporan lain pada Jumat (31/10/2025), memperkirakan ratusan warga sipil dan pejuang tak bersenjata mungkin telah dieksekusi. Pembunuhan semacam itu dianggap sebagai kejahatan perang.
RSF, yang kemenangannya di Al-Fashir menandai tonggak sejarah dalam perang saudara Sudan yang telah berlangsung selama dua setengah tahun, telah membantah pelanggaran tersebut. Mereka mengatakan bahwa laporan itu telah direkayasa oleh musuh-musuhnya dan melontarkan tuduhan balasan terhadap mereka.
Reuters telah memverifikasi setidaknya tiga video yang diunggah di media sosial yang menunjukkan pria-pria berseragam RSF menembak tawanan tak bersenjata dan selusin video lainnya yang menunjukkan kumpulan mayat setelah penembakan.