Hampir 40% petahana, termasuk nama-nama besar dan politisi yang cukup vokal, mengundurkan diri dari pemilihan ini. Lebih banyak kandidat yang memiliki hubungan bisnis dengan China daratan, serta lebih banyak anggota parlemen Tiongkok, bergabung dalam persaingan.
Para pengamat berpendapat bahwa daftar kandidat ini menandakan pengetatan kendali Beijing, bahkan terhadap para loyalisnya, serta preferensi terhadap politisi yang lebih selaras dengan agendanya.
China telah merombak aturan pemilu di Hong Kong pada 2021, yang meningkatkan jumlah loyalis Beijing di parlemen kota pusat bisnis tersebut. Berdasarkan aturan itu, jumlah kursi yang dipilih secara langsung dikurangi dari 35 menjadi 20. Empat puluh kursi lainnya dipilih oleh komite pemilu yang sebagian besar pro-Beijing, sementara pemilih di sektor profesional, bisnis, dan sektor lain yang ditunjuk memilih 30 kursi untuk industri mereka. Semua kandidat harus lulus pemeriksaan resmi, termasuk oleh otoritas keamanan nasional.
Para politisi pro-demokrasi di legislatif telah menghilang sepenuhnya setelah banyak yang ditangkap berdasarkan undang-undang keamanan nasional tahun 2020 yang diberlakukan Beijing untuk meredam protes besar-besaran yang dimulai pada 2019.