Menlu Lavrov: Rusia Tidak Bersih dan Tak Malu

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 17 Juni 2022 11:54 WIB
Menlu Rusia Sergei Lavrov wawancara dengan BBC (Foto: BBC)
Share :

RUSIA - Sejak tentara Rusia menyerang Ukraina hampir empat bulan lalu, ribuan warga sipil telah tewas dan seluruh kota menjadi puing-puing, sementara jutaan warga Ukraina telah meninggalkan rumah mereka.

Tetapi pada Kamis (16/6/2022), Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan kepada BBC bahwa segala sesuatunya tidak seperti yang terlihat.

"Kami tidak menginvasi Ukraina," katanya.

"Kami mendeklarasikan operasi militer khusus karena kami sama sekali tidak punya cara lain untuk menjelaskan kepada Barat bahwa menyeret Ukraina ke NATO adalah tindakan criminal,” lanjutnya.

Baca juga:  Ukraina Gali 7 Mayat dari Kuburan Darurat yang Diklaim Dibunuh Pasukan Rusia

Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu, Lavrov hanya memberikan sedikit wawancara kepada media Barat.

Baca juga: Tidak Ingin Membunuh dan Dibunuh, Banyak Tentara Rusia Menolak Kembali ke Medan Perang Ukraina

Dia mengulangi kalimat resmi Kremlin bahwa ada Nazi di Ukraina. Para pejabat Rusia sering mengklaim bahwa militer mereka "menghilangkan Nazi" negara itu. Lavrov memicu kegemparan baru-baru ini ketika ia mencoba untuk membenarkan cercaan Nazi mengenai presiden Ukraina, yang adalah Yahudi, dengan membuat klaim konyol bahwa Adolf Hitler memiliki "darah Yahudi".

BBC mengutip laporan resmi PBB tentang desa Yahidne di Ukraina, di wilayah Chernihiv, yang menyatakan bahwa "360 penduduk, termasuk 74 anak-anak dan lima penyandang disabilitas, dipaksa oleh angkatan bersenjata Rusia untuk tinggal selama 28 hari di ruang bawah tanah sekolah. Tidak ada fasilitas toilet dan air. Sebanyak 10 orang tua dilaporkan meninggal.

"Apakah itu melawan Nazi?," tanya BBC.

"Sangat disayangkan, tetapi diplomat internasional, termasuk Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Sekretaris Jenderal PBB dan perwakilan PBB lainnya, mendapat tekanan dari Barat. digunakan untuk memperkuat berita palsu yang disebarkan oleh Barat,” jawab Lavrov.

"Rusia tidak begitu bersih. Rusia adalah apa adanya. Dan kami tidak malu menunjukkan siapa kami,” ujarnya.

Lavrov, 72, telah mewakili Rusia di panggung internasional selama 18 tahun terakhir, tetapi sanksi Barat kini telah dijatuhkan pada dia dan putrinya.

Amerika Serikat (AS) menuduhnya mengejar narasi palsu tentang Ukraina sebagai agresor, dan bertanggung jawab langsung atas invasi Rusia sebagai anggota Dewan Keamanannya.

BBC pun mencoba mengorek hubungan Rusia dengan Inggris. Pada faktanya ada dalam daftar resmi negara-negara yang tidak bersahabat di Rusia, dan BBC mencoba mengatakan bahwa pernyataan hubungan itu buruk adalah pernyataan yang meremehkan.

"Saya pikir tidak ada ruang untuk bermanuver lagi, karena [Perdana Menteri Boris] Johnson dan [Liz] Truss mengatakan secara terbuka bahwa kita harus mengalahkan Rusia, kita harus memaksa Rusia bertekuk lutut. Ayo, lakukan!,” ujarnya.

Bulan lalu menteri luar negeri Inggris mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mempermalukan dirinya sendiri di panggung dunia dan bahwa "kita harus memastikan dia menghadapi kekalahan di Ukraina".

Ketika BBC bertanya kepada Lavrov bagaimana dia memandang Inggris sekarang, dia mengatakan itu "sekali lagi mengorbankan kepentingan rakyatnya demi ambisi politik".

BBC bertanya kepadanya tentang dua pria Inggris yang baru-baru ini dijatuhi hukuman mati oleh separatis Rusia di Ukraina timur yang diduduki.

Sementara itu, ketika BBC menunjukkan bahwa di mata Barat, Rusialah yang bertanggung jawab atas nasib mereka, Lavrov memiliki jawaban sendiri.

"Saya tidak tertarik sama sekali di mata Barat. Saya hanya tertarik pada hukum internasional. Menurut internasional hukum, tentara bayaran tidak diakui sebagai kombatan,” ungkapnya.

BBC mengatakan bahwa orang-orang itu pernah bertugas di angkatan bersenjata Ukraina dan bukan tentara bayaran. Tapi Lavrov mengatakan itu harus diputuskan oleh pengadilan.

Dia kemudian menuduh BBC tidak mengungkap kebenaran tentang apa yang telah terjadi pada warga sipil di wilayah yang dikuasai separatis di Ukraina timur, "ketika warga sipil dibom oleh pasukan Kyiv selama delapan tahun".

BBC menekankan selama enam tahun, pihaknya telah berkali-kali menghubungi pimpinan di daerah-daerah yang dikuasai separatis meminta izin untuk pergi dan melihat apa yang terjadi. Namun permintaan ini selalu ditolak setiap saat.

Rusia menuduh Ukraina melakukan genosida. Namun, pada 2021, menurut "pejabat" pro-Rusia yang memproklamirkan diri dan tujuh tahun sebelumnya, delapan warga sipil tewas di daerah yang dikuasai pemberontak.

BBC mengatakan bahwa jika genosida benar-benar terjadi, maka separatis Luhansk dan Donetsk akan tertarik jika kita pergi ke sana. Lalu mengapa BBC tidak diizinkan masuk? Lavrov pun menjawaba tidak mengetahui hal tersebut.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya