Namun pihak keluarga membantah tuduhan yang disematkan kepada Patricio. Mereka berkata, Patricio tidak pernah menjual atau menggunakan narkoba.
Menurut Gemma, almarhum suaminya terlibat dalam sengketa tanah selama beberapa pekan sebelum tewas ditembak.
Gemma curiga bahwa Patricio dibunuh akibat urusan tanah tersebut, tetapi dia takut menentang polisi di depan umum.
Pastor Villanueva memimpin prosesi pemindahan tulang-tulang korban kebijakan keras Duterte melawan narkoba. (Foto: Reuters)
Gemma berkata, sejak Patricio terbunuh, dia berjuang untuk membayar sewa dan menghidupi ketiga anak mereka. Dia bekerja sebagai asisten rumah tangga untuk mencari nafkah, selain juga mengandalkan bantuan makanan dari gereja.
"Saya benar-benar menderita. Saya tidak tahu harus berbuat apa untuk anak-anak saya," ujarnya.
Gemma mengatakan, anak-anaknya adalah alasan dia tidak menuntut polisi menggelar penyelidikan atas kematian suaminya.
"Saya benar-benar takut. Saya hanya bisa bungkam," tuturnya.
Pada suatu pagi yang cerah di bulan Juni, Pastor Flavie Villanueva berdoa untuk jenazah Patricio. Saat itu kantong berisi tulang-tulang Patricio ditutup dan dibawa ke tempat peristirahatan lain.
"Kami memutuskan memulai program ini untuk membantu keluarga korban yang berduka membangun dan memberdayakan kehidupan mereka lagi," kata Pastor Villanueva, seorang imam Katolik yang sejak lama menentang pemerintahan Rodrigo Duterte.
"Perintah 'bunuh, bunuh, bunuh' dari Duterte adalah perintah yang disponsori negara dengan sengaja, yang telah menghasilkan ribuan janda dan yatim piatu. Ini adalah warisan paling tragis dari masa kepresidenannya," ujar Pastor Villanueva.
Perang Duterte melawan narkoba
Tindakan keras Duterte terhadap narkoba didukung berbagai kalangan.
Kebijakan tersebut mengurangi jumlah "elemen jahat", kata Ofelia, seorang ibu dari empat anak yang tinggal di Pinyahan, Manila utara. Warga permukiman ini pernah menghadapi angka kejahatan narkoba yang tinggi.
Pada 2020, selama puncak pandemi, dua pria bersenjata bertopeng pernah melintasi pos pemeriksaan karantina polisi. Mereka datang untuk membunuh seorang tersangka pengguna narkoba, yang dikenal sebagai Bulldog. Kejadian itu berlangsung hanya 30 meter dari rumah Ofelia.