Beberapa pakar percaya bahwa Amerika Serikat (AS) berperan dalam peristiwa itu, mengingat mereka baru saja mengalami kekalahan yang mahal dalam Perang Vietnam.
Pemerintah AS disebut telah turut mempersenjatai kelompok-kelompok pejuang anti-Komunis di seluruh dunia.
Ketika ditanya apakah AS pernah terlibat dalam mendukung Alsa Masa, Locsin berkata, "Jika itu benar, saya harus menembak diri saya sendiri apabila saya memberi tahu Anda."
"Situasi yang terjadi saat itu sungguh keras. Itu adalah masa di mana banyak hal harus diselesaikan secara tegas. Itu tidak terbayangkan pada masa sekarang. Kami bukan lagi orang yang sama sekarang," ucapnya.
Duterte (kiri) yang kala itu menjabat wali kota di Davao dipotret memegang senjata api. (Reuters)
Banyak yang percaya, Alsa Masa adalah asal mula 'kelompok main hakim sendiri' dan "pasukan kematian" yang muncul di Davao di bawah kepemimpinan Duterte.
Korban dari milisi ini biasanya adalah kaum kiri, penentang pemerintah, dan tersangka kasus pidana, termasuk pengguna dan pengedar narkoba.
Investigasi terhadap lebih dari 1.000 pembunuhan dan penghilangan di Davao oleh PBB merujuk pada keterlibatan Duterte.
Pada sidang senat tahun 2016 tentang kasus itu, para saksi dari unsur kepolisian menggambarkan bagaimana "pasukan kematian Davao" memanipulasi keberadaan senjata dan obat-obatan untuk membentuk citra negatif pada korban.