Perang Melawan Narkoba, 'Warisan berdarah' Kepresidenan Rodrigo Duterte di Filipina

Rahman Asmardika, Jurnalis
Sabtu 02 Juli 2022 01:01 WIB
Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. (Foto: Reuters)
Share :

Duterte secara konsisten merendahkan para pecandu dan pengedar narkoba. Di media sosial, para pendukung Duterte sering menyebut orang-orang ini sebagai "pemerkosa dan pembunuh" yang pantas disudahi hidupnya.

Menteri Luar Negeri Filipina era Duterte, Teodoro Locsin Junior, juga sempat memicu kemarahan global akibat serangkaian cuitan yang menyerukan Holocaust.

Salah satu cuitannya menyebut bahwa "ancaman narkoba Filipina begitu besar sehingga membutuhkan solusi akhir seperti yang diadopsi Nazi".

Saya baru-baru ini bertanya kepada Locsin apakah dia melihat kesamaan antara Holocaust dan pembunuhan tersangka pecandu dan pengedar narkoba di Filipina.

"Tidak," ujarnya menjawab pertanyaan saya. Namun dia mengakui terdapat masalah dalam kepolisian Filipina.

"Kami mencoba untuk memperbaikinya, namun kami tidak akan membiarkan perdagangan narkoba menguasai kehidupan politik sehingga kami tidak dapat memulihkan keadaan dan akhirnya berakhir seperti negara-negara di Amerika Tengah."

Jumlah korban sebenarnya dari kebijakan Duterte terhadap narkoba tidak akan pernah diketahui. Awalnya, penghitungan resmi menggabungkan kematian yang dikonfirmasi selama operasi polisi dan yang diakibatkan kelompok vigilante "pria bertopeng".

Pemerintah Filipina menyebutnya sebagai kematian dalam penyelidikan. Jumlah korban tewas mencapai puluhan ribu. Namun belakangan pemerintah menjatuhkan metrik perhitungan sehingga jumlah korban berkurang.

Angka resmi terbaru untuk jumlah tersangka pengedar dan pengguna narkoba yang terbunuh selama Juli 2016 dan April 2022 adalah 6.248 orang.

Banyak kelompok HAM percaya jumlah sebenarnya bisa mencapai 30.000 orang.

Kepolisian selalu mengatakan bahwa mereka hanya membunuh orang-orang yang terlibat narkoba untuk membela diri. Tapi rekaman CCTV, foto para korban yang menunjukkan bahwa mereka tidak berdaya, dan catatan pelapor menunjukkan kecenderungan yang lebih negatif.

Seorang kapten polisi di Kota Manila secara diam-diam diwawancarai dalam film dokumenter 2019 berjudul "On the President's Orders". Dia berkata, orang-orang bertopeng yang melakukan pembunuhan sebenarnya adalah polisi.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya