Perang Melawan Narkoba, 'Warisan berdarah' Kepresidenan Rodrigo Duterte di Filipina

Rahman Asmardika, Jurnalis
Sabtu 02 Juli 2022 01:01 WIB
Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. (Foto: Reuters)
Share :

Merujuk kasus itu, para kritikus menuduh impunitas bagi orang kaya dan kelompok penguasa terus berlanjut di Filipina.

Kebebasan berbicara adalah salah satu yang terdampak selama era kepresidenan Duterte. Para pemimpin oposisi dipenjara. Para kritikus juga menjadi sasaran, termasuk Pastor Villanueva, imam Katolik yang berdoa untuk suami Gemma, Patricio. Dia didakwa melakukan penghasutan.

Media massa juga dibungkam. Maria Ressa, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian dan salah satu pendiri situs berita Rappler, dihukum pengadilan dalam kasus pencemaran nama baik di dunia maya.

Maria telah membantah tuduhan di pengadilan dan mengajukan banding atas putusan tersebut. Banyak yang percaya kasus yang menimpanya bermotif politik, terutama karena berbagai liputan Rappler terkait kebijakan Duterte.

Maria juga terus-menerus menghadapi rentetan perundungan di media sosial. Dia menuding serangan itu dirancang untuk membungkamnya.

Pada malam saat Duterte resmi meninggalkan kantor kepresidenan, para pejabat Filipina memerintahkan agar situs Rappler ditutup.

Duterte mungkin bukan bagian dari dinasti politik, tetapi jelas bahwa dia telah memulainya. Jabatannya berakhir ketika putrinya, Sara Duterte-Carpio, naik menjadi wakil presiden Filipina.

Sara menang telak pada pemilihan tahun ini dan kemungkinan akan maju pada pemilihan presiden tahun 2028.

Pendukung Duterte bersikeras bahwa catatannya patut dipuji. "Duterte telah meninggalkan begitu banyak warisan, Anda perlu beberapa hari untuk menghitungnya," kata mantan juru bicaranya, Salvador Panelo.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya