Tangisan untuk Michelle
Menjelang 10 Januari, banyak pihak menduga, pidato perpisahan Obama akan bersifat personal. Nyatanya benar demikian. Mengawali pidato dengan ucapan terima kasih atas dukungan rakyat Amerika, Obama mengakhirinya dengan ungkapan yang sama untuk keluarganya.
"Michelle,.." ujar Obama, dan langsung disambut sorakan seisi ruangan. Para hadirin berdiri, termasuk sang putri sulung, Malia, memberikan penghormatan kepada sang ibu negara yang duduk terpaku di kursinya sambil tak henti tersenyum.
Obama sendiri terdiam sejenak. Senyum tersungging di bibirnya seraya matanya berkaca-kaca. Nampak pria keturunan Kenya itu berusaha mengatur emosi sebelum melanjutkan pidatonya.
"Michelle LaVaughn Robinson, gadis dari South Side. Selama 25 tahun terakhir ini, kamu tidak hanya seorang istri dan ibu bagi anak-anak saya, tetapi juga teman terbaik," ujar Obama.
Michelle dan Malia Obama mendengarkan pidato perpisahan Obama. (Foto: Reuters)
Michelle tersenyum, sedangkan Malia mengusap air mata.
"Kamu mengambil peran yang tidak diminta sebelumnya. Kamu mampu melaksanakannya dengan baik dan dengan sedikit gaya," imbuhnya.
Â
Obama mengusap air mata saat menyampaikan terima kasih pada Michelle. (Foto: AP)
Saat hadirin kembali bersorak dan bertepuk tangan, Obama mengeluarkan sapu tangan putih dari sakunya. Ia menyeka air mata sebelum melanjutkan ucapannya.
"Kamu membuat Gedung Putih menjadi milik semua warga. Dan generasi muda memiliki tujuan lebih tinggi karena melihat kamu sebagai role model. Kamu membuatku bangga. Negara juga bangga padamu," ucap Obama sambil terisak.