LONDON – Brexit atau gerakan keluarnya Inggris dari Uni Eropa hingga saat ini masih memicu polemik baik di dalam maupun luar negeri. Banyak orang mengkhawatirkan masa depan Negeri Persemakmuran tersebut jika memisahkan diri dari organisasi terbesar yang menaunginya selama ini.
Akan tetapi, jika para pekerja di Inggris mendengar mereka bisa mengambil cuti tahunan selama 14 pekan, apa mereka masih menolak hasil referendum Uni Eropa itu ya?
Rumor itu berhembus setelah sebuah dokumen yang berisi prioritas dan rencana pemerintah dalam menegosiasikan Brexit ke UE terkuak ke publik. Pada halaman ke-32, ada grafik yang memuat perbandingan hari libur minimal di Inggris saat bersama UE dan setelah bercerai dari UE.
Melansir Birmingham Mail, Jumat (3/2/2017), seluruh pekerja di Inggris berhak mengambil cuti tahunan sebanyak 14 pekan jika negosiasi Brexit sukses. Jumlah ini lebih lama 10 pekan dibanding libur cuti minimal yang ditetapkan Uni Eropa.
Bahkan kesenjangannya lebih besar lagi untuk jatah cuti melahirkan. Orangtua baru di Inggris bisa mengambil cuti sampai 39 pekan lamanya. Sedangkan standar minimal cuti melahirkan di Uni Eropa hanyalah 5,6 pekan. Selama masa cuti, perusahaan juga akan tetap membayar karyawannya.
Kabar ini segera menghebohkan seantero Inggris Raya. Pemerintah pun dibuat bingung dengan adanya grafik semacam itu. Pejabat setempat berjanji akan meninjau ulang dan menyelidiki kecelakaan fatal dalam penggambaran grafik cuti tahunan tersebut.
Meskipun pemerintah menegaskan akan memperbaiki grafik tersebut, sejumlah warganet sudah terlanjur melihatnya. Sindiran pun mulai berdatangan.
“Menanti cuti tahunan 14 pekan saya, seperti yang tertuang dalam draf pemerintah untuk negosiasi Brexit,” ucap seorang warganet.
Ada juga yang berkomentar, “Entah ini penelitian yang sangat buruk atau saya memang harus bersiap menyambut Brexit.”
(Sil)