Hariri ditunjuk sebagai perdana menteri pada akhir 2016 dan memimpin kabinet persatuan nasional beranggota 30 orang yang mencakup kelompok Hizbullah militan Syiah. Pemerintahannya dianggap cukup berhasil melindungi negara dari dampak perang saudara di negara tetangga Suriah.
Namun, Lebanon menjadi terbelah tajam antara kamp yang setia kepada Arab Saudi, dipimpin oleh Hariri, seorang Muslim Sunni dan sebuah kamp yang setia kepada Iran yang diwakili oleh Hizbullah.
BACA JUGA: Diduga Khawatir Akan Nyawanya, PM Lebanon Mengundurkan Diri Secara Mengejutkan
Pengunduran diri Hariri tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan ketidakstabilan politik yang besar di Lebanon. Dengan tidak adanya pemimpin dari kubu Sunni yang dapat menggantikan posisinya dalam pemerintahan yang mayoritas dikuasai Hizbullah, sejumlah pengamat khawatir akan adanya pengambilan kekuasaan dari elemen yang didukung oleh Iran.
Presiden Lebanon, Michel Aoun menyatakan belum akan mengambil keputusan terkait pengunduran diri Hariri sampai sang PM kembali ke Lebanon. Namun, surat kabar Saudi mengklaim bahwa Hariri belum akan kembali ke Lebanon demi meminimalisasi ancaman atas nyawanya.
(Rahman Asmardika)