“Ketika dibutuhkan koordinasi yang lebih kuat untuk mengatasi Korea Utara, dan ketika Presiden Trump sudah memilih Jepang dan Korsel sebagai perhentian, seharusnya tidak perlu ada tindakan-tindakan yang berdampak negatif,” ujar Yoshihide Suga, melansir dari The Guardian, Jumat (10/11/2017).
Korea Selatan lantas mengatakan bahwa undangan terhadap Lee Yong-soo tersebut dirancang untuk mengirim pesan kepada Trump agar dapat memiliki pandangan berimbang terkait isu perempuan penghibur serta sejarah perseteruan antara Jepang dengan Republik Korea (nama resmi Korsel).
Kantor berita Kyodo melaporkan, Jepang sudah menyampaikan nota diplomatik sebagai bentuk protes terkait kehadiran Yong-soo. Negeri Matahari Terbit menilai langkah itu justru berlawanan dengan semangat kesepakatan yang tercapai pada 2015 terkait isu wanita penghibur.
Jepang sepakat membayar kompensasi senilai satu miliar yen (setara Rp119 miliar) kepada 40 orang korban yang masih hidup. Sebagai imbalan, baik Korsel maupun Jepang sepakat bahwa isu tersebut sudah final dan tidak bisa lagi diutak-atik.
(Wikanto Arungbudoyo)