Ia memperoleh pelatihan gratis selama sepekan di Hong Kong dan diperintahkan untuk turut serta dalam sebuah acara simulasi pernikahan Juli lalu di provinsi Fuzhou, Cina agar bisa lulus pelatihan.
Ia pun berangkat ke China, dan dalam apa yang disangkanya sebagai bagian dari pelatihan, ia menandatangani sebuah dokumen permohonan pernikahan di sebuah kantor pemerintahan setempat.
Menurut harian South China Morning Post, perusahaan itu meyakinkannya bahwa akta pernikahan itu tidak akan berlaku kendati ia menandatanganinya.
Tapi setelah kembali ke Hong Kong, seorang teman sekelasnya memastikan bahwa ia sudah jadi korban penipuan.
Akibatnya, statusnya kini menikah dan mungkin harus mengajukan cerai. Tidak jelas siapa pria yang dinikahinya, dan apakah lelaki itu sudah datang ke Hong Kong setelah "menikah".