
Baca juga: Sri Bintang Pamungkas Penuhi Panggilan Polisi terkait Kasus SARA
Meski begitu, proses demokrasi di Indonesia bukanlah tanpa masalah. Apalagi menjelang pesta demokrasi pemilihan Presiden di tahun depan, politik identitas sangat kental terasa. Jokowi yang beragama Islam pun masih diserang dengan berbagai isu oleh lawan politiknya.
"Bahkan Jokowi yang sudah jelas muslim enggak cukup muslim. Dia sudah jelas orang Islam, tapi dianggap bukan orang Islam yang baik, itu siapa yang mendefinisikan ya lawannya, itu sebenarnya agak bahaya, belum lagi isu anti komunisme terus LGBT, jadi sebenarnya ada potensi yang negatif di dalam kontestasi elektoral sekarang ini, dan tampaknya Jokowi terjebak dengan itu. Menghadapinya dengan identity politik juga, dengan katakanlah mengangkat Ma’ruf Amin dengan begitu ia mau mengatakan bahwa OK, memang saya belum cukup muslim, nah saya angkatlah Kiai sebagai wakil saya. Sebenarnya kan enggak perlu," tukas Usman.
Menurutnya, agar politik identitas tersebut tidak semakin menggerus demokrasi di Indonesia, dan mengorbankan kaum-kaum minoritas, maka sudah selayaknya negara bertindak. Seperti menyelesaikan permasalahan kaum minoritas yang dikambinghitamkan dalam dunia politik.