JAKARTA - Dengan aktivitas gunung Anak Krakatau yang semakin meningkat, statusnya pun dinaikkan dari waspada menjadi siaga mulai Kamis 27 Desember 2018.
Erupsi Anak Krakatau telah mulai sejak Juli lalu dan apa yang terjadi kali ini masih belum dipastikan sebagai puncak erupsi.
Namun ahli vulkanologi Abdul Muhari mengatakan, dampak erupsi kali ini tidak akan sehebat seperti yang terjadi pada induk gunung berapi itu pada 1883.
Baca juga: Soal Mitigasi Bencana, Fahri Hamzah Usul Indonesia Punya Satelit Pemantau Kerak Bumi
"Tahun 1883, gunungnya sangat besar sehingga kolapsnya kaldera membangkitkan tsunami sampai 23 atau 26 meter. Kalau yang sekarang posisi Anak Krakatau belum sampai 30% dari besar ibunya yang dahulu," papar Abdul Muhari.
"Jadi kalau kita ambil analogi linier, meski secara ilmiah tidak bisa demikian, paling tidak kalau kalderanya (Anak Krakatau) kolaps seluruhnya seharusnya tsunaminya tidak akan sedahysat yang dahulu."