Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sam Ratulangi, Sosok di Balik Nama Indonesia

Subhan Sabu , Jurnalis-Rabu, 14 Agustus 2019 |07:13 WIB
Sam Ratulangi, Sosok di Balik Nama Indonesia
Sam Ratulangi dalam foto (Subhan Sabu/Okezone)
A
A
A

Tahun 1946 Dr. Ratulangi dengan stafnya di penjarakan di Makasar lalu di buang ke Serui, di pulau japen, dekat Irian Jaya. Penduduk Serui menamakan Dr. Ratulangi beserta stafnya " Tuan-tuan Merdeka. Di Serui, mereka berinteraksi dengan masyarakat setempat dengan mendirikan sekolah lokal dan organisasi sosial untuk membantu para wanita dalam komunitas. Secara politik, Ratulangi terlibat dalam pembentukan Partai Kemerdekaan Irian Indonesia yang dipimpin oleh Silas Papare dengan Ratulangi sebagai penasihat.

Pada 23 Maret 1948, setelah penandatanganan Perjanjian Renville, Belanda melepaskan Ratulangi dan rekan-rekannya. Mereka dipindahkan ke Surabaya dan kemudian dikawal ke garis demarkasi dekat Mojokerto dan Jombang di mana mereka menuju ke ibu kota republik di Yogyakarta. Mereka disambut dengan hangat oleh masyarakat di Yogyakarta dan sebuah acara penyambutan diadakan oleh Soekarno.

Ratulangi ditunjuk sebagai penasihat khusus untuk pemerintah Indonesia dan anggota delegasi Indonesia dalam negosiasi dengan Belanda. Dia juga mengunjungi pasukan di Jawa Timur dan menghadiri konferensi keuangan di Kaliurang. Sekitar waktu ini, ia sudah mulai mengalami masalah dengan kesehatannya.

Pada waktu Agresi Militer Belanda II, Yogyakarta dikuasai Belanda dan para pemimpin Indonesia termasuk Soekarno dan Hatta ditangkap dan diasingkan ke Bangka. Ratulangi ditangkap oleh Belanda pada tanggal 25 Desember 1948. Dia dipindahkan ke Jakarta pada tanggal 12 Januari 1949 untuk kemudian dipindahkan ke Bangka. Namun, karena masalah kesehatannya, ia diizinkan tinggal di Jakarta sebagai tahanan rumah.

Sam Ratulangi

Ratulangi meninggal pada tanggal 30 Juni 1949. Ratulangi dimakamkan sementara di Tanah Abang. Pada tanggal 23 Juli 1949, jenazahnya diangkut ke Manado dengan kapal KPM Swartenhondt. Kapal itu sampai di Manado pada tanggal 1 Agustus 1949. Pada hari berikutnya, jenazah Ratulangi dibawa dan dimakamkan di kampung halamannya di Tondano.

Sosok yang dikenal dengan filsafat ‘Si Tou Timou Tumou Tou’ yang artinya manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain ini juga diakui memiliki kemampuan memprediksi apa yang akan terjadi ke depan. Dalam bukunya Indonesia di Pasifik yang dituliskan dan terbit tahun 1932 telah tersirat bakal pecah perang Pasifik. Sepuluh tahun berselang, apa yang diprediksi benar terjadi, tepatnya tahun 1942.

Ratulangi juga pernah mengusulkan agar daerah diberikan keleluasaan mengurus keperluannya sendiri atau otonomi daerah, hal yang baru terlaksana pasca reformasi atau lebih dari 55 tahun kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan Sam Ratulangi untuk Minahasa, Sulawesi dan Indonesia sangat dikenang. Namanya diabadikan sebagai nama bandar udara Internasional di Manado yakni Bandara Udara Internasional Sam Ratulangi dan Universitas Negeri terbesar di Sulawesi Utara yaitu Universitas Sam Ratulangi. Sam Ratulangi juga diabadikan sebagai nama Jalan di Manado.

Awal tahun 2017, Sam Ratulangi juga diabadikan sebagai gambar mata uang kertas pecahan Rp 20.000 untuk mengenang perjuangan dan kontribusinya terhadap kemerdekaan Indonesia

Makamnya berada di tanah kelahirannya, Tondano. Di samping makam juga dibuatkan monumen dan relief perjuangan Sam Ratulangi. "Cita-citaku ingin sampai ke gunung Klabat, tapi apa daya hanya sampai Airmadidi,” Sam Ratulangi.

Pemerintah RI menganugerahi beberapa penghargaan kepada Ratulangi berupa Bintang Gerilya, Bintang Mahaputra dan Satyalencana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan.

Berdasarkan SK Presiden RI No.590 tahun 1961 tanggal 5 November 1961 Pemerintah RI menganugerahkan Dr. G.S.S.J Ratulangi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional.(kha)

(Fiddy Anggriawan )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement