PASUKAN China dilaporkan telah menggelar simulasi invasi militer ke Taiwan dalam latihan skala besar yang digelar baru-baru ini.
Sebuah video yang dirilis stasiun penyiaran pemerintah CCTV pada Sabtu (10/10/2020) memperlihatkan ribuan tentara amfibi dan udara menyerang pulau tak dikenal dengan roket dan drone.
Rekaman itu menunjukkan kapal pendarat amfibi, helikopter serang dan rudal darat serta ribuan pasukan saat mereka menyerbu pulau itu. Video tersebut dikatakan sebagai latihan "multi-dimensi" yang direkam di lepas pantai tenggara China di Provinsi Fuijan dan Guangdong.
BACA JUGA: China Gelar Latihan Militer di Selat Taiwan, Kirim Pesan untuk AS
Laporan mengatakan latihan itu dilakukan oleh pasukan kelompok ke-73 PLA, yang dianggap sebagai kekuatan utama yang akan digunakan dalam setiap potensi serangan di Taiwan, demikian diwartakan The Sun.
Latihan itu digelar di tengah meningkatnya ketegangan politik antara China dan Taiwan setelah Beijing menyiarkan pengakuan yang diklaim dari seorang pengusaha Taiwan yang ditahan atas tuduhan mata-mata.
Lee Meng-chu, (45), telah dituduh "membahayakan keamanan nasional" dan muncul di TV China pada Minggu (11/10/2020) malam. Dia mengakui telah secara ilegal merekam latihan militer di sebuah kota dekat Hong Kong selama protes di sana tahun lalu.
Laporan di televisi pemerintah menunjukkan Lee dengan rambut yang dipotong pendek mengenakan kemeja biru dan rompi oranye dengan nomor penjaranya di atasnya.
Foto: CCTV.
“Saya mengambil ponsel saya untuk merekam beberapa video. Saya menyesal. Saya telah melakukan banyak hal buruk,” ujar Lee.
Laporan itu mengatakan dia telah ditahan pada Agustus di sebuah perlintasan perbatasan Shenzhen.
BACA JUGA: Xi Jinping: Taiwan "Harus dan Akan" Bergabung Kembali dengan China
Polisi mengatakan bahwa foto dan video yang direkam Lee sudah cukup untuk analisis organisasi spionase profesional. Cukup bagi mereka untuk menilai seluruh jumlah pasukan dan status peralatan kami. "
Menanggapi klaim China, Dewan Urusan Daratan Taiwan pada Senin (12/10/2020) mengatakan bahwa tuduhan itu hanya "spekulasi politik".