Sedangkan di Prancis, nada komentar para pejabat sangat berbeda. Mereka menganggap pemilihan ini tidak terlalu penting.
"Mari kita jujur saja: Amerika Serikat bukanlah mitra yang bersahabat dengan negara-negara Eropa selama beberapa tahun ini," kata Menteri Keuangan Bruno Le Maire kepada Radio Classique.
"Baik Joe Biden maupun Donald Trump, siapapun yang dipilih rakyat Amerika malam ini atau besok, tidak ada yang mengubah fakta strategis ini," katanya.
Ia menambahkan. "Benua Amerika telah memisahkan diri dari benua Eropa."
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Raya, Dominic Raab lebih hati-hati.
"Mari tunggu dan lihat apa hasilnya," kata Raab. "Jelas ada cukup banyak ketidakpastian. (Persaingannya) jauh lebih ketat dari yang menurut saya diperkirakan banyak orang,"
Namun saran itu tampaknya diabaikan oleh Perdana Menteri Slovenia Janez Jansa, yang mengatakan bahwa hasilnya "sudah cukup jelas".
Twitter menandai kiriman Jansa yang berisi ucapan selamat kepada Trump dan menuduh "media arus utama" telah "menyangkal fakta". Twitnya ditandai dengan peringatan: "Sumber resmi mungkin belum menyatakan hasil pemilihan pada waktu Twit ini dikirim."
Jansa telah secara konsisten memberikan dukungan kepada sang presiden AS dan kebijakan-kebijakannya sejak ia menjadi PM Slovenia awal tahun ini. Slovenia adalah asal istri Donald Trump, Melania.
Seiring hasil penghitungan suara terus diumumkan, saluran televisi internasional Iran Press TV, yang didanai negara, membuat liputan khusus pemilu Amerika.
"Ancaman perang sipil" menjadi topik yang sering diangkat, dengan seorang presenter berkata bahwa, bagi yang mengamati dari luar, pemilu Amerika "tampak sangat menakutkan".
Saluran berita yang dijalankan negara, IRINN, juga berkata pemilihan ini digelar "di bawah bayang-bayang ketakutan akan kerusuhan".
Jurnalis Israel Nahum Barnea dalam surat kabar Yediot Aharonot berkata ia memperkirakan bahwa PM Benjamin Netanyahu akan "akur dengan Biden" seandainya ia menang.#
Sedangkan surat kabar Palestina Al Quds tidak melihat cukup banyak prospek bahwa pemerintahan Biden akan membalikkan kebijakan Presiden Trump yang memihak Israel.
Sementara itu, media di Amerika Latin, secara khusus menyoroti kesuksesan Donald Trump di Florida yang didorong oleh dukungan dari para pemilih keturunan Latin.
"Kemenangan Trump di Florida mengubur prospek kemenangan Demokrasi," kata surat kabar terkenal Brasil Sao Paulo dalam tajuk utama.
"Suara dari (warga keturunan) Venezuela, Latin Kuba, dan kaum evangelis, mendukung presiden saat ini," komentar koran itu.
Para komentator di wilayah itu berkata hasil di Florida menunjukkan bahwa strategi sang presiden dari partai Republik itu mengaitkan saingannya dari partai Demokrat, Joe Biden, dengan sosialisme telah memengaruhi para eksil dari Kuba dan Venezuela.
"Trump telah mengunci kelompok elektoral penting di Florida: para Kuba-Amerika dan Hispanik lainnya percaya bahwa hanya sang presiden menjamin mereka akan aman dari pemerintah sosialis," kata surat kabar Kolombia El Espectador.
(Awaludin)