CAPE TOWN - Petugas pemadam kebakaran Afrika Selatan memadamkan api di sepanjang Gunung Table, Cape Town pada Senin (19/4/2021), lebih dari 24 jam setelah kebakaran dimulai. Api telah merusak situs bersejarah dan memaksa orang untuk mengungsi dari rumah dan sekolah-sekolah ditutup.
Angin dengan kecepatan hingga 45 kilometer per jam membuat helikopter pembom air tidak beraksi dan lebih dari 250 petugas pemadam kebakaran hanya menangani gejolak yang menyebar dengan cepat dari tanah.
BACA JUGA: Kebakaran Hutan Australia Ancam Situs Warisan Dunia Pulau Fraser
Para pejabat yakin kobaran api mungkin dimulai dengan sengaja dan seorang tersangka ditahan pada Minggu (18/4/2021) malam. Mereka juga mengatakan itu adalah salah satu kebakaran warisan budaya paling merusak yang pernah ada.
"Mengenai kerusakan bangunan bersejarah, itu cukup substansial," kata Arlene Wehr, komandan insiden di dinas pemadam kebakaran kota, pada sebuah jumpa pers sebagaimana dilansir Reuters. .
Wali Kota Cape Town, Dan Plato, menggambarkan kebakaran yang sejauh ini telah menghancurkan lebih dari 400 hektar vegetasi di Taman Nasional Gunung Meja, sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah kota baru-baru ini.
Kebakaran dimulai Minggu pagi di lereng Devils' Peak, bagian lain dari latar belakang pegunungan Cape Town, memaksa mahasiswa Universitas Cape Town untuk mengungsi saat kobaran api yang tak terkendali membakar beberapa gedung kampus, termasuk perpustakaan yang menampung buku-buku dan naskah bersejarah.
BACA JUGA: Kebakaran Hutan, Ular Phyton Sepanjang 2 Meter Ditemukan Mati Terpanggang
Properti lain yang rusak termasuk restoran pejalan kaki populer di tugu peringatan Rhodes dan Mostert Mill beratap jerami, dibangun sekitar tahun 1796 dan pabrik kerja tertua di Afrika Selatan.
"Bukan hanya bangunan bersejarah itu sendiri yang telah hilang, tetapi konten dan koleksinya," kata Cape Town Heritage Trust dalam sebuah pernyataan.
Follow Berita Okezone di Google News