Pierre tinggal di jalan selama 30 menit saat gempa susulan kecil mengguncang kota. Saluran telepon terputus untuk beberapa waktu tetapi dia akhirnya dapat menelepon istri dan anak-anaknya di Republik Dominika, yang mengatakan kepadanya bahwa mereka hanya merasakan sedikit guncangan. Saudara laki-laki Pierre di Port-au-Prince mengatakan kepadanya bahwa dia merasakan getaran yang signifikan, tetapi tidak seorang pun yang dia kenal terluka.
"Syukurlah mereka semua baik-baik saja," kata Pierre.
"Mencoba memastikan semua orang aman adalah proses yang panjang karena Anda harus bersiap untuk yang terburuk,” lanjutnya.
Pierre mengatakan tidak ada kerusakan pada rumahnya dan hanya satu tetangga yang mengalami retakan kecil di bagian samping rumahnya. Namun di dekat jalan utama kota, kerusakan lebih parah. Dia mengatakan banyak bangunan, termasuk gereja, telah hancur atau rusak.
Ketika bumi mulai berguncang, Pierre berkata bahwa dia bersiap untuk hal yang lebih buruk, mengingat kehancuran gempa bumi 2010, yang merenggut nyawa keponakannya.
"Itu 10 tahun yang lalu, tetapi itu adalah salah satu bekas luka yang tidak akan pernah hilang," katanya. "Itu adalah sesuatu yang akan selalu saya ingat."
Naomi Verneus, seorang warga Port-au-Prince berusia 34 tahun, mengatakan dia tersentak bangun ketika tempat tidurnya mulai bergetar.
"Saya bangun dan tidak punya waktu untuk memakai sepatu. Kami menjalani gempa 2010 dan yang bisa saya lakukan hanyalah berlari,” terangnya.
Sementara itu, Améthyste Arcélius, administrator Rumah Sakit Immaculate Conception di Les Cayes, mengatakan kepada surat kabar itu bahwa rumah sakit "sangat membutuhkan" obat-obatan darurat dan tenaga profesional kesehatan karena "rumah sakit dibanjiri korban."
(Susi Susanti)