PMG Muda Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Muda, Nesia Marelia mengatakan, melihat dari persebaran kejadian gempa yang terjadi di wilayah Bengkulu, didominasi oleh sumber gempa di laut atau disebut dengan subduksi (zona pertemuan antara dua empeng).
"Untuk sumber gempa pada periode tahun 2021 dan 1 hingga 26 Januari 2022, yaitu zona sesar (patahan lokal dan ada di darat) dan zona subduksi (ada di laut). Namun, sumber gempa lebih banyak terjadi pada zona subduksi (sumber gempa di laut)," kata Nesia, saat dikonfirmasi, Rabu (26/1/2022).
Dari kejadian gempa di Bengkulu, sampai Nesia, yang paling signifikan gempa dirasakan Magnitudo (M= 5.7), terjadi pada Kamis 7 Januari 2021, dengan sumber gempa 40 kilometer (Km) Selatan Tais, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
Di sepanjang tahun 2021, lanjut Nesia, mencatat 58 kejadian gempa yang dirasakan di wilayah Bengkulu, dan dan 26 kejadian gempa bumi dirasakan di wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung dan Banten.
Kejadian gempa bumi bedasarkan Magnitudo, terang Nesia, gempa selama 2021 di wilayah Bengkulu dan sekitarnya didominasi kejadian gempa dengan Magnitudo (M=) 3.0 < M < 5.0 sebanyak 1.099 kejadian. Lalu, untuk kejadian gempa dengan magnitude > 5 (gempa signifikan) terjadi sebanyak 40 kejadian.
"Pada tahun 2021, tidak ada laporan kejadian gempa yang menyebabkan kerusakan," jelas Nesia.
Gempa yang melanda Bengkulu, lanjut Nesia, berpusat di sejumlah daerah. Mulai dari Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan, Seluma, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, Mukomuko, Lebong, Kepahiang, Rejang Lebong dan Kota Bengkulu.
Gempa di Bengkulu, sampai Nesia, disebabkan pertemuan dua lempeng besar (lempeng Indo-Australia dan Pasifik) disebut dengan subduksi. Pergerakan kedua lempeng ini, jelas Nesia, terus terjadi setiap hari dengan rata - rata kecepatan pergerakan 7 cm/tahun.
"Pertemuan dan pergerakan lempeng ini lah salah satu yang menyebabkan kejadian gempa di Bengkulu (terutama yang sumber gempa di laut)," ujar Nesia.
Nesia menyampaikan, pelepasan energi gempa di kawasan Bengkulu tergolong normal. Di mana dalam proses pergerakan itu lempeng-lempeng tersebut menyimpan energi, yang jika dilepaskan menjadi gempa bumi.