JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri KTT G7 di Jerman dengan membawa misi perdamaian dan menyerukan dunia untuk bersama-sama mengatasi potensi krisis pangan yang dapat mengancam negara-negara berkembang.
Sebelum bertolak ke Jerman, Presiden Jokowi telah menekankan misinya ini, mengatakan bahwa konflik antara Ukraina dan Rusia harus disudahi sehingga rantai pasokan pangan dapat kembali pulih.
BACA JUGA: Pengamat: Niat Presiden Jokowi Jadi Juru Damai Rusia-Ukraina Sesuai UUD 1945
“Perang harus dihentikan dan rantai pasokan pangan global perlu diaktifkan kembali,” kata Jokowi sebelum meninggalkan Jakarta, sebagaimana dilansir Reuters.
Misi ini kembali disampaikan Presiden Jokowi saat berbicara di KTT G7, mengatakan bahwa kelompok ekonomi besar dunia memiliki tanggung jawab, dan perlu bekerja sama untuk mengatasi krisis pangan yang semakin parah.
“323 juta orang di tahun 2022 ini, menurut World Food Programme, terancam menghadapi kerawanan pangan akut. G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk atasi krisis pangan ini. Mari kita tunaikan tanggung jawab kita, sekarang, dan mulai saat ini,” kata Presiden Jokowi, Selasa (28/6/2022).
Menurut Jokowi, pangan adalah permasalahan Hak Asasi Manusia yang paling dasar. Para perempuan dari keluarga miskin dipastikan menjadi yang paling menderita menghadapi kekurangan pangan bagi anak dan keluarganya.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Menuju Kyiv Ukraina Gunakan Kereta Luar Biasa
“Kita harus segera bertindak cepat mencari solusi konkret. Produksi pangan harus ditingkatkan. Rantai pasok pangan dan pupuk global, harus kembali normal,” ujarnya.
Menurut Presiden Jokowi, ekspor gandum dari Ukraina dan pupuk dari Rusia, dua negara yang tengah berkonflik, memiliki peran vital untuk memulihkan rantai pasokan pangan global. Presiden meminta dukungan dari negara-negara G7 untuk mengintegrasikan kembali kedua hal tersebut.