Koch menemukan 15 ruangan berderet di sepanjang tepi sungai dan bisa diakses melalui koridor sempit.
Ada tujuh ruangan yang lebih besar yang memiliki bagian ekstra di setiap sisi, enam ruangan berbentuk persegi, dan dua ruangan berbentuk segi delapan. Ruangan-ruangan besar sejak semula menghadap ke sungai, membentuk lengkungan.
Koch menyadari, pada ruangan-ruangan tersebut ada "jejak dekorasi yang dicat di bawah sapuan putih", ada pola jaring-jaring di antara lingkaran konsentris bintang dengan medali di tengahnya.
BACA JUGA:Duit Negara Bisa Jebol Jika Subsidi BBM Tidak Dibatasi
"Itu pasti ruangan sejuk yang indah, yang menjadi tempat rekreasi ketika kaisar, para selir, dan rombongannya mengunjungi makam. Sekarang, ruangan itu tidak terjangkau cahaya alami," ujar Koch, yang merupakan profesor Seni Asia di Universitas Wina, Austria.
Galeri bawah tanah seperti itu ditemukan pada arsitektur Mughal. Di sebuah benteng Mughal di kota Lahore, Pakistan, ada serangkaian ruangan berkubah yang terletak di tepi sungai.
Shah Jahan kerap menyambangi Taj Mahal dengan menggunakan perahu melalui Sungai Yamuna. Dia berlabuh di tangga lebar, atau yang dikenal di India sebagai ghats, kemudian memasuki monumen itu.
"Saya ingat ada koridor yang dicat indah ketika saya mengunjungi tempat itu. Saya ingat koridor itu menuju ke ruangan yang lebih besar. Jelas itu adalah lorong sultan," kata Amita Baig, seorang konservator India yang mengunjungi tempat itu sekitar 20 tahun lalu.
Dibesarkan di Agra, Rana Safvi selaku seorang sejarawan yang berbasis di Delhi ingat bahwa ruang bawah tanah di Taj Mahal terbuka untuk pengunjung sampai banjir pada 1978 menerjang.
"Air memasuki monumen, beberapa ruang bawah tanah menjadi berlumpur dan ada beberapa retakan. Setelahnya, pihak berwenang menutup ruangan-ruangan itu untuk publik. Tidak ada apa-apa di dalamnya," kata dia.