IRAN - Ledakan protes nasional di Iran terjadi setelah kematian seorang wanita Kurdi Mahsa Amini, 22, tahanan polisi karena diduga gagal mematuhi aturan hijab (jilbab). Mahsa awalnya diduga meninggal dalam tahanan, tetapi selanjutnya diketahui melalui rekaman CCTV jika dia meninggal akibat sakit jantung dalam kelas edukasi hijab.
Pihak berwenang mengatakan Mahsa Amini meninggal karena alasan kesehatan yakni serangan jantung mendadak. Namun keluarga dan banyak orang Iran lainnya percaya dia meninggal karena telah dipukuli.
Dikutip BBC, para pengunjuk rasa mengatakan bahwa jika mereka tidak bertindak sekarang, mereka dapat menjadi korban nasib yang sama. Diperkirakan setidaknya 35 orang meninggal akibat protes itu dan jumlah itu diprediksikan akan terus bertambah.
Protes ini terjadi ketika warga Iran merasa sangat muak akan banyak hal di negaranya. Korupsi sistematis di antara elit politik Iran, meningkatnya kemiskinan dengan inflasi di lebih dari 50%, kebuntuan dalam pembicaraan nuklir dan kurangnya kebebasan sosial dan politik telah membuat populasi muda Iran merasa putus asa.
Baca juga:Â Dukung Protes Kematian Mahsa Amini, Elon Musk Aktifkan Starlink Bantu Amankan Internet Warga Iran
Menurut Lembaga Penelitian Organisasi Jaminan Sosial Iran setidaknya 25 juta orang Iran hidup di bawah garis kemiskinan pada Juni 2021. Jumlah itu bahkan lebih tinggi sekarang.
Ini bukan protes pertama dalam sejarah Republik Islam Iran. Tetapi banyak pengamat percaya ada sesuatu yang berbeda tentang mereka.
Lebih dari segalanya, ini adalah protes wanita. Kelompok -kelompok kebebasan sipil terus menyoroti penindasan perempuan di Iran, seluruh bagian masyarakat yang telah menjadi pecundang terbesar dari Revolusi Islam pada 1979.
Baca Juga: BuddyKu Festival, Generasi Muda Wajib Hadir
Follow Berita Okezone di Google News