JAKARTA - China dibanjiri berbagai kritik dari masyarakat internasional atas perlakuan mereka yang dianggap menindas sejumlah besar warga suku Uighur, kelompok minoritas Muslim, dengan menahan mereka di tempat-tempat khusus.
China telah mengakui ada tempat khusus di wilayah tersebut bagi suku Uighur. China bersikukuh bahwa itu adalah pusat pelatihan keterampilan kejuruan yang diperlukan untuk mengatasi ekstremisme. Negara itu membantah penahanan sewenang-wenang dan diskriminatif terhadap anggota Uighur dan kelompok mayoritas Muslim lainnya berupa kejahatan tertentu terhadap kemanusiaan.
Suku Uighur atau Uyghur adalah salah satu bangsa minoritas resmi di Republik Rakyat Tiongkok. Suku ini merupakan keturunan dari suku kuno yang tersebar di Asia Tengah, menuturkan bahasa Uighur dan memeluk agama Islam, bahasa dan budaya dari kelompok etnis Han mayoritas Cina.
Baca juga: Dukungan Internasional Menguat Bela Muslim Uighur di Xinjiang
Meskipun tidak mengatakan kata “genosida” tetapi kelompok-kelompok Uighur mendesak Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk membentuk komisi penyelidikan untuk memeriksa secara independen perlakuan terhadap warga Uighur. Minoritas lainnya di China meminta Kantor PBB untuk segera melakukan penilaian terhadap risiko kekejaman, termasuk genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Xinjiang.
Baca juga: Laporan PBB: China Kemungkinan Lakukan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan di Xinjiang
Namun, Dewan Hak Asasi Manusia PBB telah memilih untuk tidak memperdebatkan perlakuan terhadap Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya di wilayah barat laut China Xinjiang. Bahkan setelah kantor hak asasi manusia PBB menyimpulkan bahwa pelanggaran di sana mungkin sama dengan kejahatan terhadap kemanusiaan dan China menutup rapat untuk mencegah penyelidikan lebih lanjut ke dalam situasi di Xinjiang.