3. Denjaka - Detasemen Jala Mangkara
Pasukan elite TNI Angkatan Laut yang dikenal sebagai Denjaka (Detasemen Jala Mangkara) dibentuk pada 4 November 1982. Denjaka merupakan pasukan khusus yang difokuskan pada penanggulangan aksi teror bentukan TNI Angkatan Laut.
Denjaka terbentuk dari kolaborasi antara anggota Kopaska dan Batalion Intai Amfibi (Taifib) yang merupakan bagian dari Korps Marinir TNI-AL.
Prajurit Denjaka menjalani pendidikan di Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan, yang melibatkan program pelatihan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut). Proses pendidikan ini berlangsung selama enam bulan.
Detasemen dengan moto Satya Wira Dharma ini memiliki spesialisasi dalam penanganan situasi anti-teror, terutama dalam konteks aspek laut. Berdasarkan informasi yang terkumpul, seorang anggota Denjaka dianggap setara dengan 120 prajurit reguler dalam hal keterampilan dan kemampuan mereka.
4. Yontaifib - Batalion Intai Amfibi
Yon Taifib memiliki posisi yang setara dengan Grup 3/Sandhi Yudha Kopassus dalam struktur TNI Angkatan Darat. Pada masa lalu, unit ini dikenal dengan nama KIPAM (Komando Intai Para Amfibi).
Anggota Yon Taifib dipilih melalui seleksi ketat dari prajurit marinir yang memenuhi persyaratan mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal selama dua tahun. Salah satu bagian dari program pelatihan mereka termasuk berenang sejauh 3 km dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
Dari Yon Taifib, prajurit terbaik kemudian dipilih untuk bergabung dengan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), pasukan elit TNI Angkatan Laut yang memiliki kemampuan khusus dalam penanganan situasi laut.
Ciri khas prajurit Yontaifib adalah seragam hitam dan baret ungu. Pasukan ini pertama kali dibentuk pada tahun 1961 untuk membantu mendapatkan data intelijen yang dibutuhkan oleh Korps Marinir.