JAKARTA - Geert Wilders, tokoh populis sayap kanan Belanda yang baru-baru ini memenangkan pemilihan parlemen Negeri Kincir Angin, telah lama dikenal karena pandangannya yang kontroversial terhadap Islam.
Wilders merupakan seorang politikus Belanda yang telah memimpin Partai untuk Kebebasan (PVV) sejak pendiriannya pada 2006. Dia dikenal sebagai figur populis, anti-imigrasi, kritikus Islam, Eurosceptic (UE), dan memiliki hubungan dengan Rusia.
Pandangannya telah menjadikannya tokoh kontroversial di dalam dan luar Belanda. Sejak 2004, ia selalu didampingi oleh polisi bersenjata.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah lima alasan yang mungkin menjadi dasar kebencian Wilders terhadap agama Islam:
1. Pandangan Ekstrem Terhadap Imigrasi
Wilders mempromosikan penghentian imigrasi dari negara-negara Muslim dan mengusulkan larangan pembangunan masjid baru. Ia percaya bahwa membatasi imigrasi dari negara-negara mayoritas Muslim akan melindungi nilai-nilai Belanda.
Sebagai pembicara pada Konferensi Menghadapi Jihad di Israel pada 2008, yang membahas bahaya jihad. ia mengadvokasi tindakan keras terhadap apa yang disebutnya sebagai "teror jalanan" yang dilakukan oleh kelompok minoritas di kota-kota Belanda.
2. Pengaruh Retorika Anti-Islam
Dalam pidatonya, Wilders sering menggunakan retorika yang kontroversial dan merendahkan terhadap Islam.
Pernyataannya yang menghina Nabi Muhammad dan Alquran telah menimbulkan kemarahan di kalangan umat Islam.
Wilders sering disebut sebagai "Trump Belanda" dan menghadapi ancaman pembunuhan dari ekstremis Islam.
Pada beberapa kesempatan, ia telah dilarang memasuki Inggris karena dianggap sebagai ancaman terhadap harmoni masyarakat dan keamanan publik.
Pada 2009, pemerintah Inggris menolak izin kunjungannya, meskipun undangan dari anggota House of Lords.
Alasannya terkait dengan film kontroversialnya "Fitna," yang mengkritik Al-Quran sebagai "buku fasis" dan memicu protes kekerasan di seluruh dunia Muslim pada tahun 2008 karena mengaitkan ayat-ayat Alquran dengan serangan teroris.
3. Pandangan Pro-Israel yang Kuat
Dalam kurun waktu lebih dari dua dekade, Wilders dikenal karena retorika yang memprovokasi kebencian terhadap Islam dan pengikutnya, mencakup penghinaan terhadap Nabi Muhammad dan Alquran.
Wilders juga menunjukkan dukungan yang konsisten terhadap Israel, dengan sikap yang jelas anti-Palestina.
Dia memperjuangkan pemindahan Kedutaan Besar Belanda dari Tel Aviv ke Yerusalem, serta menyarankan penutupan pos diplomatik Belanda di Ramallah.
Pandangan pro-Israelnya dapat menjadi salah satu alasan ketidaksetujuannya terhadap kelompok atau negara yang dianggap anti-Israel, termasuk beberapa negara Islam.
4. Kritik Terhadap Nilai-Nilai Islam
Wilders kerap mengkritik nilai-nilai yang dianggapnya bertentangan dengan nilai-nilai Barat, termasuk hak asasi manusia dan kebebasan berbicara, yang menurutnya terancam oleh ekspansi nilai-nilai Islam.
Seperti dalam film yang diproduksinya berjudul "Fitna", Wilders menyajikan pandangan bahwa Islam dapat mendorong tindakan terorisme, antisemitisme, kekerasan terhadap perempuan, kekerasan serta penaklukan terhadap non-Muslim, dan menentang hak-hak homoseksual, serta universalisme Islam.
Film yang berdurasi sekira 17 menit ini sebagian besar menjelaskan dampak Islam di Belanda.
5. Penolakan Terhadap Pembentukan Negara Palestina
Sikapnya yang menentang pendirian negara Palestina dan lebih mendukung Israel mungkin memperkuat kebenciannya terhadap Islam.
Sikap anti terhadap negara Palestina ini mendapat respon dari Kementerian Luar Negeri Palestina, yang mengeluarkan kecaman terhadap pernyataan yang dianggap "rasis" yang dilontarkan oleh Wilders pada Sabtu (25/11/2023).
Partai politik Islamofobia-Nya kini nampak seperti berada dalam posisi untuk membentuk pemerintahan di Belanda berikutnya, di mana Wilders mengusulkan agar warga Palestina diungsikan ke Yordania.
(Rahman Asmardika)