Opsi untuk melanjutkan pertempuran sampai Hamas ‘dilenyapkan’ adalah pilihan yang diyakini sebagian orang, yang paling tidak akan diminta oleh mitra koalisi sayap kanan Netanyahu.
Tanpa dukungan mereka, ia menghadapi kemungkinan diadakannya pemilu dini dan berlanjutnya persidangan korupsi.
Netanyahu perlu tetap membuka opsi jangka panjangnya agar bisa mendapatkan dukungan mereka terhadap kesepakatan awal penyanderaan. Sebaliknya, para pemimpin Hamas cenderung menginginkan jaminan gencatan senjata permanen di awal.
Kesepakatan sebelumnya telah runtuh ke dalam jurang ini. Menjembatani hal tersebut sekarang akan bergantung pada seberapa besar ruang yang dimiliki Netanyahu dan sekutu pemerintah sayap kanannya untuk melakukan manuver guna mencari alternatif selain ‘penghapusan’ Hamas, dan seberapa jauh para pemimpin Hamas siap untuk mempertimbangkannya.
Netanyahu berbicara pada akhir pekan tentang penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dan memastikan bahwa kelompok tersebut tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
Hanya sedikit yang membantah bahwa Hamas telah menderita kerugian besar pada infrastruktur militernya dan bahkan, beberapa orang mengatakan, pada dukungan publiknya di Gaza dan kendalinya atas jalan-jalan.
Namun tidak ada tanda-tanda bahwa Israel telah membunuh atau menangkap pemimpin tertingginya Yahya Sinwar dan Mohammed Deif, dan membiarkan mereka bebas di Gaza untuk merayakan penarikan pasukan Israel akan menimbulkan bencana politik bagi perdana menteri Israel yang diperangi tersebut.
Pada Senin (3/6/2024), juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa meskipun kemampuan Hamas terus menurun dalam beberapa bulan terakhir, namun Hamas tetap menjadi ancaman dan AS tidak yakin kelompok tersebut dapat dilenyapkan secara militer.