Sementara itu, Gedung Putih mengatakan Biden telah mengkonfirmasi kesiapan Israel untuk melanjutkan persyaratan yang kini telah ditawarkan kepada Hamas dan mengatakan bahwa kelompok Palestina kini menjadi satu-satunya hambatan dalam mencapai kesepakatan.
Secara terpisah, juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan militer Israel akan dapat menjamin keamanan Israel jika terjadi gencatan senjata yang disetujui pemerintah.
Namun Yanir Cozin, koresponden diplomatik stasiun radio militer Israel, GLZ, percaya bahwa Netanyahu tidak akan mengakhiri perang sampai ia dapat menggambarkannya sebagai sebuah keberhasilan.
“Kesepakatan yang meninggalkan Hamas adalah sebuah kegagalan besar,” katanya.
“Delapan bulan kemudian, ketika Anda belum mencapai satu pun tujuan perang, tidak menghabisi Hamas, memulangkan semua sandera, atau mengamankan perbatasan maka dia tidak ingin mengakhiri perang. Namun dia juga memahami bahwa dia tidak bisa membiarkannya sampai pemilu Israel berikutnya pada tahun 2026,” lanjutnya.
“Jika dia bisa berkata, Kami mengasingkan Yahya Sinwar dan Mohammed Deif, mereka tidak tinggal di Gaza’dan jika orang-orang yang tinggal di dekat Gaza dan perbatasan utara bisa kembali, Saya pikir dia bisa mempertahankan pemerintahannya tetap bersatu. Tapi banyak yang ‘seandainya’,” ungkapnya.
Hamas kemungkinan besar tidak akan menyetujui pengasingan atau penyerahan tokoh-tokoh utamanya. Namun ada perpecahan yang jelas antara para pemimpin Hamas di dalam dan di luar Gaza.
Mantan PM Israel Ehud Barak, yang juga menjabat sebagai menteri pertahanan, mengatakan kepada radio Israel pada Senin (3/6/2024) bahwa Presiden Biden telah mengumumkan kesepakatan tersebut setelah melihat bahwa Netanyahu hanya bergerak maju ketika dia yakin bahwa Sinwar akan menolak.
“Menurut Anda bagaimana reaksi Sinwar ketika dia cenderung setuju dan kemudian diberitahu: tapi cepatlah, karena kami masih harus membunuh Anda setelah Anda mengembalikan semua sandera,” katanya.
Sementara itu, puluhan ribu warga Israel yang mengungsi setelah serangan Hamas pada 7 Oktober sedang mengamati langkah perdana menteri mereka selanjutnya.
Di antara mereka adalah Yarin Sultan, ibu tiga anak berusia 31 tahun yang lari dari rumahnya di Sderot di perbatasan Gaza pada pagi hari setelah serangan Hamas. Dia bilang dia tidak akan pulang sampai Yahya Sinwar dan Mohammed Deif tidak lagi bebas.
“Gencatan senjata ini akan membunuh kami,” katanya kepada BBC. “Kami akan membebaskan para sandera, namun beberapa tahun dari sekarang Anda akan menjadi sandera berikutnya, Anda akan menjadi orang-orang berikutnya yang dibunuh, para wanita yang diperkosa, semua ini akan terjadi lagi,” lanjutnya.
(Susi Susanti)