Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Padi Riun, Penjaga Pangan Masyarakat Adat Sungai Lisai 

Demon Fajri , Jurnalis-Minggu, 28 Juli 2024 |13:37 WIB
Padi Riun, Penjaga Pangan Masyarakat Adat Sungai Lisai 
Hasan Mukti (76), Ketua Adat Desa Sungai Lisai, Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong (Foto: Okezone/Demon)
A
A
A


Hukum Adat Jadi Benteng 


Masyarakat adat Sungai Lisai, sejak dini telah memproteksi orang luar untuk masuk ke dalam desa. Itu tidak lain agar kawasan tempat tinggal mereka tetap terjaga. Sebab di desa ini membuat peraturan yang tertuang dalam hukum adat, nomor:/PerDes/SL-PB/V/2023.

Salah satu isinya. Tentang kependudukan. Masyarakat luar yang akan menjadi penduduk Desa Sungai Lisai, wajib mengisi aturan adat. Aturan ini telah disepakati perangkat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan seluruh masyarakat. 

Lalu hukum adat keamanan sungai. Jika ada yang menyentrum, meracun dan menggunakan peledak di perairan sungai dikenakan sanksi adat 20 gantong beras atau setara 200 canting beras (1 gantong beras setara 20 canting beras), kambing satu ekor dan membayar denda. 

''Ini menjadi benteng dalam menjaga Sungai Lisai. Mereka tidak ingin wilayah mereka dirusak,'' jelas Ketua Pengurus Harian Wilayah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Bengkulu, Fahmi Arisandi, Senin 22 Juli 2024.  

Selama ini. Komunitas masyarakat adat Sungai Lisai telah menjaga kearifan lokal. Khususnya, bibit padi riun. Mereka menyimpan gabah di dalam lumbung padi. Bileak, begitulah masyarakat Sungai Lisai menyebutnya. 

Di dalam Bileak berukuran sekira 2,5 meter x 4 meter dan tinggi 3 meter tersebut, mampu menyimpan gabah hingga 300 Kg. Penyimpanan padi di dalam Bileak ini tetap terjaga dan dilestarikan masyarakat Sungai Lisai. 

''Lumbung padi merupakan sumber kehidupan masyarakat adat Sungai Lisai. Di dalam Bileak itu masih ada yang menyimpan gabah padi sejak tahun 1998. Dari sini dapat disimpulkan jika kebutuhan pangan tetap ada,'' jelas Fahmi.   

Masyarakat adat Sungai Lisai, kata Fahmi, secara tidak langsung telah meneliti secara alami, mengamati dan membuktikan kelebihan dari padi riun. Dengan pengetahuan seadanya mereka bisa mengatasi persoalan pangan.  

''Komunitas masyarakat adat Sungai Lisai berbeda dengan komunitas adat lain yang ada di Bengkulu. Contohnya, mereka (Sungai Lisai) masih menyimpan dan menjaga bibit padi riun secara turun temurun. Jika di komunitas lain sudah tidak ada lagi,'' sebut Fahmi.   

 

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement