Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Padi Riun, Penjaga Pangan Masyarakat Adat Sungai Lisai 

Demon Fajri , Jurnalis-Minggu, 28 Juli 2024 |13:37 WIB
Padi Riun, Penjaga Pangan Masyarakat Adat Sungai Lisai 
Hasan Mukti (76), Ketua Adat Desa Sungai Lisai, Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong (Foto: Okezone/Demon)
A
A
A

     
Praktik Pertanian Mendalam


Padi tua di Desa Sungai Lisai merupakan varietas padi lokal, yang telah lama dibudidayakan di wilayah tersebut. Varietas padi lokal seringkali memiliki adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan setempat. Termasuk tantangan iklim.

Untuk memastikan ketahanan spesifik padi tua, kata Kepala Dinas (Kadis) Pertanian dan Perikanan, Kabupaten Lebong, Edi Parindo, tentu perlu dilakukan penelitian. Pengujian lapangan, misalnya. 

Dari mengamati bagaimana varietas ini bertahan dalam di iklim ekstrem. Kekeringan atau curah hujan. Lalu analisis genetik, untuk memahami karakteristik genetik varietas agar mengetahui ketahanan terhadap stres iklim. 

Kemudian, pengalaman petani lokal. Dari sini mengumpulkan informasi dari petani yang telah lama menanam varietas mengenai tantangan iklim yang pernah mereka hadapi dan bagaimana padi tua ini bertahan.

Meskipun informasi tentang penelitian varietas padi tua masih terbatas, jelas Edi, kearifan lokal komunitas masyarakat adat Sungai Lisai, menunjukkan jika di daerah mereka memiliki hubungan erat dengan lingkungan. 

''Padi merupakan bagian integral dari kehidupan mereka, meskipun detail spesifik mengenai varietas padi tua Sungai Lisai tidak secara eksplisit dijelaskan. Secara keseluruhan menunjukkan jika Desa Sungai Lisai memiliki praktik pertanian yang mendalam,'' sampai Edi, Minggu 21 Juli 2024. 

Edi menyebut ada beberapa nilai lebih dari padi tua. Mulai dari adaptasi lokal. Padi tua seringkali memiliki adaptasi yang lebih baik terhadap kondisi lingkungan lokal. Seperti tanah dan iklim tertentu. 

Varietas ini, kata Edi, telah lama dibudidayakan di wilayah tertentu, termasuk di Desa Sungai Lisai. Sehingga lebih tahan terhadap hama dan penyakit yang spesifik di daerah tersebut.

Selanjutnya, kearifan lokal dan keberlanjutan. Padi tua biasanya ditanam menggunakan metode tradisional, lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Praktik ini tidak menggunakan bahan kimia sintetis dan mempertahankan kesuburan tanah jangka panjang.

Kemudian, kualitas rasa. Banyak varietas padi tua yang dihargai karena kualitas rasa yang lebih baik dibandingkan dengan varietas padi modern. Ini bisa menjadi nilai tambah untuk pasar niche atau lokal yang menghargai kualitas rasa tertentu.

Terakhir, kearifan budaya. Penanaman padi tua sering kali terkait erat dengan budaya dan tradisi lokal, menjadikannya bagian penting dari warisan budaya setempat. Mempertahankan varietas ini bisa membantu menjaga keanekaragaman budaya dan pengetahuan tradisional.

Keanekaragaman hayati, terang Edi, memang terancam oleh perubahan iklim melalui berbagai mekanisme yang mempengaruhi habitat, distribusi spesies, dan siklus kehidupan. 

Namun, lanjut Edi, usaha konservasi dan adaptasi yang tepat, termasuk pemuliaan tanaman yang memperhitungkan keanekaragaman genetika dan konservasi habitat dapat membantu mengurangi dampak negatif ini.

''Penggunaan varietas padi rendah emisi, bersama dengan pengelolaan air dan lahan yang tepat dapat secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian. Mengadopsi metode-metode ini tidak hanya membantu mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga meningkatkan ketahanan pertanian terhadap perubahan iklim,'' sampai Edi.

Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Provinsi Bengkulu, Rosmala Dewi mengatakan, padi tua di Desa Sungai Lisai, belum ada pengkajian atau penelitian. 

''Kita akan bersurat ke intansi terkait agar ada penelitian padi tua. Ini perlu dilestarikan dan dipertahankan agar tidak punah. Padi ini memiliki karakteristik tanah hama penyakit dan tahan iklim,'' jelas Dewi, Kamis 18 Juli 2024. 

Dari Kementerian Pertanian Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP), Bengkulu, belum pernah mengidentifikasi jenis padi tua di Desa Sungai Lisai. Namun bersedia membantu identifikasi karakterisasi jika diperlukan.

Guru Besar Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu (UNIB), Prof Reny Herawati mengatakan, belum ada meneliti varietas lokal padi riun di Desa Sungai Lisai. 

Varietas padi tua, kata Reny, akan diriset dalam waktu dekat, dengan mengambil sampel padi. Hal itu untuk mengetahui gen, mendeteksi varietas, apakah tahan hama penykit, kekeringan serta mengetahui karakter varietas padi. 

''Kita ambil sampel padinya dulu. Kita akan menguji varietas lokal tersebut. Tentu ke depannya kita lakukan pemuliaan tanaman dengan cara kawin silang varietas lokal dengan varietas unggul agar umur padi lebih pendek,'' jelas guru besar Bidang Ilmu Bioteknologi Pemuliaan Tanaman Khusus Padi ini, Jumat 26 Juli 2024. 
 
''Dari penelitian nanti. Kita juga akan melihat Blas, ini merupakan penyakit tanaman padi yang menginfeksi di bagian daun dan leher malai. Jadi, yang kami teliti nanti dari aspek ketahanan penyakit dan cekaman lingkungan abiotik,'' sambung Reny.

Ditambahkan Guru Besar Bidang Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu (UNIB), Prof Mohammad Chozin, padi tua merupakan varietas padi lokal (heirloom) yang telah dibudidayakan secara turun temurun di Desa Sungai Lisai.

Padi tua tersebut, kata Chozin, belum ada kajian ilmiah maupun kajian tentang respon padi. Beberapa tahun silam, ingat Chozin, Dinas Pertanian dan Perikanan, Kabupaten Lebong, pernah menyusun Rencana Strategis (Renstra) 2016-2021. Di dalamnya mencakup program pengembangan padi organik dengan menggunakan benih dari Desa Sungai Lisai.

''Saya belum menemukan informasi tentang implentasi maupun keberhasilan dari program tersebut. Bahkan program tersebut tidak terlihat ada kaitannya dengan penggunaan padi dari Sungai Lisai untuk menghadapi perubahan iklim,'' kata Chozin, Sabtu 27 Juli 2024. 
 
''Namun jika penekanan program tersebut difokuskan pada produksi padi organik, maka program tersebut dapat dipandang sebagai tindakan mitigasi untuk mengurangi emisi GRK yang ditimbulkan,'' sambung Chozin.

Chozin menjelaskan, padi tua telah dibudidayakan secara turun-temurun di suatu daerah. Sehingga telah memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan setempat. 

Selain itu, lanjut Chozin, varietas lokal (heirloom) umumnya memiliki keunggulan dalam nilai gizi, rasa, aroma, warna, dan kualitas nasi dibanding varietas-varietas modern. Sehingga masyarakat setempat tetap berupaya mempertahankan keberadaannya.

''Saya telah menelusuri sejumlah referensi. Namun tidak menemukan penelitian terkait dengan padi tua. Terkecuali, hasil penelitiannya tidak dipublikasikan,'' jelas Chozin. 

 

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement