Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Padi Riun, Penjaga Pangan Masyarakat Adat Sungai Lisai 

Demon Fajri , Jurnalis-Minggu, 28 Juli 2024 |13:37 WIB
Padi Riun, Penjaga Pangan Masyarakat Adat Sungai Lisai 
Hasan Mukti (76), Ketua Adat Desa Sungai Lisai, Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong (Foto: Okezone/Demon)
A
A
A


Dampak Perubahan Iklim  
Pertanian terutama sub sektor tanaman pangan, paling rentan terhadap perubahan iklim terkait tiga faktor utama. Yaitu bio-fisik, genetik dan manajemen. Hal ini karena tanaman pangan umumnya merupakan tanaman semusim yang relatif sensitif terhadap cekaman, terutama kelebihan dan kekurangan air.  

Perubahan pola hujan telah terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia sejak beberapa dekade terakhir, seperti awal musim hujan yang mundur pada beberapa lokasi dan maju di lokasi lain. Penelitian Aldrian dan Djamil (2006) menunjukkan, jumlah bulan dengan curah hujan ekstrim cenderung meningkat dalam 50 tahun terakhir, terutama di kawasan pantai.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas I Pulau Baai, Bengkulu, Klaus Johannes Apoh Damanik menyebut, dampak pemanasan global mulai dirasakan, begitu juga dengan kondisi pergeseran musim dan peningkatan suhu. 

''sudah terasa terjadinya pergeseran musim untuk beberapa lokasi di Provinsi Bengkulu, terutama daerah tipe munsional 2 atau sepanjang tahun memiliki 2 musim (kemarau dan hujan),'' kata Damanik, Senin 15 Juli 2024.  

Catatan iklim Provinsi Bengkulu khusus untuk suhu udara 

Grafis Cuaca
 
Secara rata-rata hujan tahun 1991-2020, jelas Damanik, wilayah Bengkulu memiliki 2 tipe zona hujan. Yakni tipe hujan equatorial 1 hujan sepanjang tahun (HST) meliputi 8 zona dan tipe hujan munsunal 2 (hujan dan kemarau) meliputi 10 zona. 

Adapun rata-rata awal musim kemarau pada Juni dan panjang kemarau berkisar 2 bulan, sedangkan awal rata musim hujan pada akhir Agustus. Pergeseran musim terlihat pada daerah Kabupaten Kepahiang. 

Dari 1981-2010, terang Damanik, awal musim kemarau Juni dengan panjang musim 11 dasarian, sedangkan rata-rata di 1991-2020 menjadi awal musim kemarau Juni, dengan panjang musim 12 dasarian. 

''Jika disimpulkan musim kemarau 1981-2010 dan 1991-2020 menjadi lebih lama 1 dasarian dan maju 1 dasarian,'' jelas Damanik.

Trend suhu rata-rata disemua UPT di Bengkulu, kata Damanik, terjadi peningkatan signifikan. Untuk stasiun Klimatologi Bengkulu terjadi peningkatan suhu tertinggi dengan peningkatan sebesar 0.0297/tahun.

''Sehingga dari data awal pengamatan 1984 ke tahun 2023 selama 39 tahun, terjadi peningkatan sebesar 1.158 celcius/periode tersebut,'' sampai Damanik. 
Awal musim hujan di Bengkulu, terang Damanik, dengan pola hujan munsunal 2 dengan pemuktahiran data normal 1991-2020 (10 zona), terjadi antara Agustus–September. Jika dibandingkan dengan data normal 1981-2010. Awal musim hujan September. 

''Jadi dapat disimpulkan awal musim hujan sama, namun panjang musim hujan berkurang 1 dasarian,'' ungkap Damanik. 

Data Stasiun Klimatologi Bengkulu, kenaikan suhu udara sepanjang tahun 1984 – 2023

Grafis Cuaca 2
 
Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Bengkulu, kenaikan suhu udara sepanjang tahun 1984–2023, suhu rata-rata terjadi kenaikan 0.097 celcius/tahun atau 1.158 celsius/ periode. 

''Suhu rata-rata maximum terjadi kenaikan 0.0059 celsius/tahun atau 0.23 celsius/periode. Suhu rata-rata minimum terjadi kenaikan 0.0389 celsius/tahun atau 1.52 celsius/periode,'' imbuh Damanik.

Dengan kondisi perubahan curah hujan tersebut, jika petani tetap menerapkan pola tanam seperti kondisi normal maka kegagalan panen akan semakin sering terjadi. Dengan  penurunan curah hujan dan ketersediaan air waduk, petani juga perlu mengubah pola tanam padi-padi menjadi padi-nonpadi. 

Dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Provinsi Bengkulu, telah mengantisipasi dengan memasang 200 unit pompanisasi guna mendukung perluasan areal tanam serta dampak dari perubahan iklim. 
 
Pemasangan pompa air itu, kata Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan, DTPHP Provinsi Bengkulu, Rosmala Dewi, salah satu mengantisipasi kekeringan lahan swah dampak dari pemanasan global. 

Pemasangan pompa tersebut, jelas Dewi, di Kabupaten Bengkulu Selatan sebanyak 84 unit, Seluma 33 unit, Rejang Lebong 4 unit, Bengkulu Utara 6 unit, Kaur 67 unit dan Kabupaten Bengkulu Tengah sebanyak 6 unit. 

''Ketika mengalami kekeringan di areal tanam maka pompa ini sudah siap mengaliri air ke lahan sawah petani. Ini dipasang di daerah rawan kekeringan,'' jelas Dewi, Kamis 18 Juli 2024. 

 

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement