Selain soal pendidikan karakter, Cucun juga menekankan pentingnya pesantren menghadirkan pendidikan vokasi bagi para santrinya. Sebab pola pendidikan vokasi sangat dibutuhkan di tengah kemajuan zaman yang menuntut SDM memiliki kemampuan di luar bidang akademik.
“Modal vokasi bisa meningkatkan daya saing santri di berbagai sektor kehidupan. Terutama dalam bidang ekonomi di mana santri juga memiliki peran membangun ekonomi kerakyatan,” jelas Cucun.
Cucun pun memberi contoh sejumlah pesantren yang telah menghadirkan pola pendidikan vokasi. Seperti Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ittifaq di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, yang memiliki fokus pada kegiatan pertanian atau agribisnis.
Ponpes Al-Ittifaq di Ciwidey tidak hanya fokus pada pendidikan agama saja, tapi juga ke pendidikan pertanian untuk para santrinya. Hasil pertanian yang dilakukan oleh para santri dan pengurus Ponpes Al-Ittifaq dijual ke pasar tradisional, supermarket maupun rumah sakit. Bahkan ada yang disalurkan ke restoran-restoran.
Total ada 120 komoditas pertanian yang dihasilkan Ponpes Al-Ittifaq seperti wortel, tomat, kentang, sayur kale, pakcoy, dan lain sebagainya. Cucun mengatakan terobosan pola pendidikan seperti ini perlu dikembangkan ke pesantren-pesantren yang ada di Indonesia.
“Jadi pesantren tidak cuma memberikan pendidikan konvensional, tapi juga memberdayakan keunggulan yang dimilikinya sehingga menghasilkan manfaat bagi para santrinya dan masyarakat,” ucapnya.