Tak hanya Ponpes Al-Ittifaq, Cucun juga mengapresiasi beberapa ponpes lain yang telah mengembangkan pendidikan vokasi. Di antaranya adalah Ponpes Darussa'adah di kawasan Gunung Manik, Pacet, Kabupaten Bandung, yang memiliki konsep vokasi integrity farming lewat pertanian dan peternakan.
Kemudian ada juga pesantren digital yakni Ponpes Bina Insan Mulia di Cirebon yang memiliki pendidikan kejuruan di bidang broadcasting (pertelevisian), Teknologi Informatika, hingga keperawatan. Ponpes Bina Insan Mulia bahkan memiliki Media Center Pesantren untuk mengenalkan pesantrennya secara lebih luas ke khalayak dan mempermudah komunikasi dengan wali santri.
“Kita juga bisa maksimalkan program Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) Pesantren yang memiliki pendidikan vokasi dalam menyiapkan SDM anak bangsa ke depan. BLKK bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM di kalangan pondok pesantren, sekaligus memajukan ekonomi umat,” terang Cucun.
Untuk mendukung kemampuan santri di tengah era globalisasi ini, Cucun pun menekankan pentingnya menciptakan santri-santri modern.
“Semua santri harus melek digital. Di dunia kemajuan teknologi, menjadi santri modern sudah jadi hal yang wajib. Santri bisa memanfaatkan teknologi untuk berdakwah dan menyebarkan ilmu Islam, karena pasti pesannya bisa lebih mudah sampai terutama di kalangan generasi muda,” urainya.
Lewat teknologi, menurut Cucun, santri juga bisa menjalankam perannya sebagai agen pembangunan bangsa sekaligus penggerak ekonomi kerakyatan. Santri modern juga disebut sejalan dengan tema HSN ke-10 tahun 2024 ini yakni "Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan".
“Santri sebagai generasi penerus bangsa memiliki tanggung jawab berjuang demi masa depan bangsa sehingga harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Selain bisa menyebarkan nilai-nilai Islam dengan memanfaatkan teknologi, santri juga bisa menumbuhkan ekonomi digital,” pungkasnya.
(Awaludin)