"Banyak kejadian di dunia dalam 5–10 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa negara-negara besar pun mengalami kemunduran dalam demokrasi mereka. Hal ini harus menjadi pembelajaran bagi Indonesia agar tidak terjebak dalam dinamika serupa," jelasnya.
Terkait arah demokrasi di Indonesia ke depan, SBY tetap optimistis. Ia menegaskan, Indonesia memiliki potensi besar untuk terus maju, asalkan para pemimpin memiliki visi yang kuat, integritas tinggi, serta kemampuan untuk mengelola negara dengan baik.
"Indonesia adalah negara penuh harapan. Saya masih punya harapan yang baik bagi negeri ini. Masa depan Indonesia harus dipastikan tetap cerah, bukan sebaliknya. Namun, untuk mencapai Indonesia Emas pada 2045, kita harus memahami syarat dan tantangan yang harus dilewati," pungkasnya.
Buku "Standing Firm for Indonesia’s Democracy" menyajikan sejarah lisan pertama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama masa kepemimpinannya (2004–2014). Sebagai presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat, SBY memainkan peran penting dalam demokratisasi Indonesia dan pemulihan ekonomi nasional.
Buku ini ditulis berdasarkan wawancara selama lebih dari 30 jam dengan SBY oleh tim yang terdiri dari para Indonesianis dari Jepang. Dalam buku ini, SBY menceritakan pengalamannya dalam menangani urusan militer pada 1990-an, perannya sebagai menteri di bawah Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Megawati Soekarnoputri, serta berbagai tantangan yang ia hadapi selama menjabat sebagai presiden.
Selain itu, buku ini mengungkap pemikiran SBY tentang tata kelola pemerintahan, pandangannya mengenai masa depan Indonesia, serta alasan di balik keputusan-keputusan penting yang diambilnya.
Buku ini disusun oleh para akademisi terkemuka, yakni: Takashi Shiraishi (Kumamoto Prefectural University, Japan), Nobuhiro Aizawa (Kyushu University, Japan), Jun Honna (Ritsumeikan University, Japan), dan Wahyu Prasetyawan (National Graduate Institute for Policy Studies, Japan & Syarif Hidayatullah Islamic State University, Indonesia).
Acara diskusi dan bedah buku ini dihadiri oleh seratusan akademisi, mantan menteri, mahasiswa, serta tokoh masyarakat di Jepang. Buku ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam tentang kepemimpinan SBY serta perjalanan demokrasi Indonesia dalam dua dekade terakhir.
(Khafid Mardiyansyah)