Mantan Presiden Donald Trump, yang sebelumnya membatalkan rencana konferensi pers untuk memperingati setahun peristiwa itu, mengulangi klaimnya bahwa pemilu itu “dicurangi” dalam sebuah pernyataan untuk menanggapi pidato Biden. Ia juga mengatakan bahwa “teater politik ini hanyalah pengalih perhatian, karena Biden telah seutuhnya dan sepenuhnya gagal.”
Warga kota Washington DC, di mana gedung Kongres berada, masih ingat kengerian yang terjadi 6 Januari 2021. Spencer Duckley (22 tahun) khawatir belum banyak perubahan yang dilakukan sejak peristiwa itu. “Rasanya seakan orang-orang mencoba berpura-pura ini semua tidak pernah terjadi. Dan sepertinya banyak yang seperti itu.”
Sementara Ted (32 tahun) masih ingat massa yang menyerbu gedung Kongres itu berbeda dari massa unjuk rasa yang terkadang ia ikuti. “Terkadang ketika Anda mengikuti suatu aksi, akan ada sekelompok kecil pengunjuk rasa dari sisi seberang. Meski demikian, biasanya Anda merasa berada di tengah orang-orang yang punya pola pikir yang sama. Anda tidak benar-benar merasa sedang diserang. Sementara peristiwa itu terasa berbeda. Rasanya seakan Anda sedang diserang terang-terangan,” tukasnya.
Tidak hanya di dalam negeri, dampak penyerbuan ke gedung Kongres AS juga terasa di ranah global. Rival AS seperti Rusia dan China menggunakan peristiwa itu sebagai alat untuk membela sistem non-demokratis yang mereka anut.
Suzanne Spaulding, direktur proyek Membela Lembaga Demokratis di CSIS, mengatakan, “Bagi Putin, untuk terus menyebarluaskan pesan ke seluruh dunia bahwa demokrasi AS bukanlah hal yang patut didambakan, bahwa demokrasi AS itu sama kacau dan rusaknya dengan sistem Rusia. Dan bagi China untuk berargumen bahwa negaranya memiliki sistem pemerintahan alternatif yang lebih hebat, yang sudah mereka terapkan saat ini.”