Pemerintah Vietnam Selatan tidak populer dan korup
Menurut Middup, masalah yang dihadapi selatan adalah kurangnya kredibilitas dan keterkaitan mereka dengan bekas kekuatan kolonial.
"Perpecahan antara Vietnam Utara dan Selatan selalu dibuat-buat, yang disebabkan oleh Perang Dingin," terangnya.
"Tidak ada alasan budaya, etnis, atau bahasa untuk membagi Vietnam menjadi dua,” ujarnya.
Dia meyakini bahwa selatan didominasi oleh agama minoritas yakni Katolik.
Meskipun kelompok ini mewakili hanya sekitar 10-15% populasi pada saat itu (mayoritas masyarakat Vietnam beragama Buddha), banyak dari mereka di utara melarikan diri dari selatan karena takut akan penganiayaan, menciptakan apa yang oleh Middup disebut sebagai "massa yang kritis" dalam politik bernegara di selatan.
Dan para politisi di Selatan, seperti Presiden Ngo Dinh Diem, memiliki teman-teman Katolik yang kuat di AS, seperti Presiden John F Kennedy.
Dominasi oleh agama minoritas ini "membuat negara Vietnam Selatan tidak disukai oleh sebagian besar penduduknya yang beragama Buddha," kata Middup.
Menurut dia, ini memicu krisis legitimasi, dan pemerintahan yang dipandang oleh mayoritas orang Vietnam sebagai impor asing, warisan kolonialisme Prancis, seperti yang diperangi oleh umat Katolik dengan Prancis.
"Kehadiran setengah juta tentara AS menggarisbawahi fakta bahwa pemerintah ini bergantung pada orang asing dalam segala hal," tambah Dr Middup.
"Vietnam Selatan tidak pernah menjadi proyek politik yang dapat meyakinkan banyak orang bahwa negara itu layak untuk diperjuangkan hidup dan mati,” lanjutnya.
Hal ini, kata dia, menimbulkan pertanyaan apakah pasukan AS semestinya dikirim untuk menopang negara yang dia gambarkan sangat korup.
"Dari awal hingga kehancurannya, [Republik Vietnam] adalah negara yang sangat korup, yang diperparah oleh suntikan besar bantuan AS dari tahun 1960 hingga 1975. Itu benar-benar membuat ekonomi Vietnam Selatan terguncang," jelas dia.
"Pada dasarnya ini berarti bahwa tidak seorang pun bisa memperoleh jabatan apa pun, baik sipil maupun militer, tanpa menyuap,” ujarnya.
Menurut Middup, ini memiliki konsekuensi besar bagi angkatan bersenjata.
"Artinya, AS tidak akan pernah bisa membangun tentara Vietnam Selatan yang andal dan kompeten," ujarnya.
"Jadi itu tidak terelakkan, dan diakui oleh Presiden Richard Nixon, bahwa ketika pasukan AS pergi pada suatu waktu yang tidak pasti di masa depan, negara Vietnam Selatan akan runtuh,” terangnya.