AS dan Vietnam Selatan menghadapi batasan yang tidak dihadapi utara
Profesor Vu tidak setuju bahwa kekalahan di selatan tidak dapat dihindari. Dia merasa bahwa pakar AS soal Vietnam biasanya mencari-cari alasan.
"Mereka ingin seseorang disalahkan atas kekalahan itu, dan yang paling mudah disalahkan adalah Vietnam Selatan," kata dia, sambil menambahkan bahwa kritik terhadap korupsi dan pilih kasih terhadap umat Katolik telah dilebih-lebihkan dalam laporan AS.
"Ada banyak korupsi, tapi tidak pada tingkat yang menyebabkan kekalahan dalam perang. Itu menyebabkan banyak inefisiensi dan unit militer tidak efektif, tapi secara keseluruhan, militer Vietnam Selatan bertempur dengan sangat baik," bantahnya.
Jadi Vu percaya bahwa akan lebih baik bagi selatan -yang kehilangan 200.000 hingga 250.000 tentara selama perang—untuk melakukan semua pertempuran, meskipun dengan senjata dan dana dari AS.
Pada akhirnya, menurut Vu, faktor penentunya adalah kemampuan pasukan utara bertahan dalam perang yang berlangsung sangat lama, yang tidak dapat ditandingi oleh pasukan selatan yang lebih liberal.
Karakter dari sistem politiknya membuat publik bercaya pada perang dan tidak mengetahui banyak soal korban yang berjatuhan.
"AS dan Vietnam Selatan sama sekali tidak mampu membentuk opini publik seperti yang bisa dilakukan komunis," kata Prof Vu.
"Meskipun kehilangan banyak tenaga, mereka masih bisa bergerak," sambungnya, sambil menambahkan bahwa taktik militer seperti bunuh diri, serangan "gelombang manusia" ada di utara, namun tidak di selatan.
Dia menegaskan, yang terpenting adalah dukungan keuangan dan militer untuk utara dari Uni Soviet dan China tidak goyah, tidak seperti yang dilakukan AS kepada selatan.
(Susi Susanti)