Di balik perjalanan hidup keluarganya itu, Wilders dengan partainya bernama Partai Kebebasan, atau Partij voor de Vrijheid (PVV) memenangkan setidaknya 37 kursi dari total 150 kursi parlemen di negara tersebut. Perolehan itu, sejauh ini, menjadikan PPV sebagai partai terbesar dalam parlemen Belanda.
Partai ini unggul dari rival terdekatnya blok sayap kiri, dan partai konservatif yang telah berkuasa selama belasan tahun pimpinan Perdana Menteri Mark Rutte yang hanya meraih 24 kursi.
“PVV tidak bisa lagi diabaikan,” kata Wilders. “Kami akan memerintah."
Kemenangan Wilders telah mengguncang politik Belanda sekaligus mengejutkan seluruh Eropa, termasuk komunitas Muslim di Belanda.
'Diusir dari Indonesia, ditolak Belanda’
Sejarawan dari Universitas Gadjah Mada Satrio Dwicahyo mengatakan Wilders adalah salah satu politikus Belanda yang memiliki ikatan sejarah dengan Hindia Belanda, sebutan bagi Indonesia di masa penjajahan Belanda.
Keluarga Wilders, terutama dari garis neneknya, menghabiskan sebagian hidupnya di Hindia Belanda hingga akhirnya mereka tidak pernah melihat Belanda sebagai tanah airnya, kata Satrio.
Cara hidup yang mereka anut pun berbeda dengan warga di Belanda, dengan menerapkan Indisch, yaitu kebudayaan orang Eropa tropis.
Wilders pun dicap sebagai orang Indo, yaitu sebutan bagi mereka yang memiliki latar belakang percampuran darah antara orang Indonesia dengan orang Eropa saat tinggal di Hindia Belanda.
Keluarga Wilders telah kembali ke negaranya di tahun 1930-an karena dideportasi atas tuduhan penipuan.
Setelah merdeka dari pemerintah kolonial Belanda, Presiden Soekarno mengusir orang Indo saat persaingan memperebutkan Irian Barat memuncak pada 1950-an.
Kelompok Indo yang berada di Indonesia pun melakukan eksodus secara besar-besaran ke Belanda.