Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Rodrigo Roa Duterte

Silviana Dharma , Jurnalis-Sabtu, 15 Oktober 2016 |09:10 WIB
Rodrigo Roa Duterte
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. (Foto: Bullit Marquez-AP)
A
A
A

Sebelum mengambil kuliah hukum, Duterte mendalami ilmu politik di Lyceum of the Philippines University. Titel sarjana strata satunya didapatkan pada 1968.

Lulus dari San Beda College, The Punisher mengikuti jejak ayahnya berkarier sebagai pengacara dan jaksa. Namun menjadi ahli hukum saja tak cukup baginya, dia butuh lebih. Alhasil, mulailah dia merangkak naik dari hanya staf di pemerintahan, masuk jadi anggota kongres, wakil wali kota Davao, wali kota Davao dan sekarang Presiden Filipina.

Untuk sampai ke posisi tersebut, sejumlah kinerja nyata telah ia tunjukkan. Berdasarkan data yang dihimpun The Famous People dan Success Story, semasa menjabat Wali Kota Davao 22 tahun, Duterte telah membawa banyak perubahan di kotanya. Kota yang awalnya dinobatkan paling rusuh dan paling tinggi angka kriminalitasnya menjadi kota teraman nomor empat di dunia. Lembaga nonpemerintah internasional pun mengganjarnya dengan penghargaan National Literacy Hall of Fame Award pada 2015.

Selain itu, keberhasilannya antara lain dituai dengan menerapkan kebijakan larangan menjual, menyajikan, minum dan mengonsumsi alkohol pukul 01.00 hingga 08.00; mengurangi batas kecepatan maksimum berkendara di Davao; larangan merokok di ruang publik; melarang petasan; serta mewajibkan semua pusat perbelanjaan memasang kamera pengawas di setiap pintu masuk dan keluar.

Dalam tujuh periode kepempinannya di Davao, Duterte juga dinilai berjasa menyediakan 10 mobil ambulans tambahan bagi rumah sakit daerah dan 42 mobil serta motor patroli untuk para polisinya. Dari tangan pemimpin yang dinilai cabul dan keras itu lahir Magna Charta yang menjunjung tinggi hak asasi perempuan. Dia juga yang mendamaikan sengketa SARA antara pribumi Lumad dan komunitas Muslim setempat.

Melihat kinerja nyatanya, banyak pihak kemudian menaksir Duterte. Dia antara lain pernah diberi penghargaan wali kota terbaik pada 2014, tetapi menolaknya karena merasa yang dilakukannya sudah kewajiban. Ada juga penghargaan anti-rokok dari Singapura dan penghargaan dari American Cancer Society, yang lagi-lagi ditolaknya.

Sedikitnya empat kali dia ditawari menjadi menteri dalam negeri oleh Presiden Fidel Ramos, Joseph Ejercito Estrada, Gloria Macapagal-Arroyo dan Beniqno S Aquino III. Akan tetapi dia tidak tergiur. Kala itu, fokusnya hanya membangun kampung halamannya menjadi lebih baik.

Ketika ingin dicalonkan sebagai presiden pun, Duterte terbilang yang paling jual mahal. Donald Trump-nya Asia itu selalu berkilah dari pertanyaan awak media selama hampir setahun. Setelah mencari wejangan dari sana sini, akhirnya dia mantap masuk bursa capres Filipina pada 21 November 2015.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement