Rokok Ketengan Bius Siswa dan Mahasiswa
Rokok murah menyerang lingkungan sekolah setingkat SMA lainnya. Jaraknya, sekira 20 meter dari pintu gerbang sekolah. Jalan Bali Kelurahan Kampung Bali Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu, lokasinya.
Bangunan itu dikontrak. Ukurannya tidak begitu besar. Ada tiga pintu. Satu pintu khusus menjual makanan ringan dan manisan. Rokok, tidak ketinggalan. Dua pintu lainnya, diisi jasa ketik dan sarapan.
Pagi menjelang siang. Cuaca di Kota Bengkulu mendung. Di kejauhan awan kelam menggumpal, pertanda mau hujan. Kendaraan roda empat dan roda dua lalu lalang, tanpa henti. Perempuan berbadan gendut melayani pelanggan, di warung miliknya. Warung "Lala", namanya.
Berbagai jenis makanan ringan, minuman dan rokok berbagai merek, dijual. Rokok eceran, tidak ketinggalan. Pelanggannya, siswa SMA dan mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta (PTS).
Rita Fauziah, pemilik warung itu. Perempuan itu sudah berdagang sejak 15 tahun. Di dekat pintu gerbang SMA dan kampus tempatnya. Setiap hari siswa SMA dan mahasiswa, beli rokok ketengan di tempat perempuan berusia 43 tahun ini.
Rokok yang dijual, Rp1.000 per batang. Rokok "A" dan "B", misalnya. 20 bungkus rokok ludes dijual dengan cara eceran. Untungnya, Rp1.500 per bungkus. Tidak terlalu besar. Di warung itu anak SMA, tidak nongkrong. Begitu juga mahasiswa. Hanya mampir sebentar. Beli rokok.
Siswa SMA membeli satu hingga dua batang rokok. Mahasiswa, beli setengah bungkus. Rokok, "A" dan "B", jadi pilihannya. Murah. Rokok "C", "D", "E" yang dijual ketengan. Tidak begitu laris. Harganya, Rp1.500 per batang.
"Rokok Rp1000 per batang yang paling laris, yang beli anak SMA. Kalau mahasiswa beli setengah bungkus," kata perempuan yang akrab disapa Ita ini.
Sejak menjual rokok ketengan. Kipas angin, kompor gas, kulkas, baju, handuk, hadiah dari produk rokok ia peroleh. Dia mengikuti program dari rokok tersebut. Hadiah itu "iming-iming" dari perusahaan rokok. Jika pedagang bisa menjual rokok dengan jumlah besar.
Itu dibuktikan, bungkus rokok yang dibuka secara eceran. Banyak menjual rokok, maka memperoleh poin. Setiap produk, berbeda-beda. Rokok "C", menawarkan dengan cara benang di bungkus rokok bagian atas untuk dikumpulkan. Ada juga bungkus rokok, dikumpulkan.
Semakin banyak menjual, semakin besar hadiah diperoleh. Sepeda motor, hadiah utamanya. Hal tersebut, salah satu cara pemasaran penjualan rokok. Pemilik warung tergiur. Berusaha menjual sebanyak mungkin. Program itu berkesinambungan. Seperti, tahun sebelumnya. Hadiahnya menggiurkan.
Selain menjual rokok ketengan. Produk rokok "membius" warung pemasangan spanduk. Di depan warung, persisnya. Spanduk merek rokok itu di kontrak, per tiga bulan. Nominalnya, Rp300 ribu. Tergantung dengan produk rokok.
"Sempat dapat kulkas. Kipas Angin. Itu dari berbagai merek rokok. Awal tahun ini belum ada. Mungkin minggu depan sudah ada lagi programnya," aku Ita.