Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Gempuran Rokok Murah di 'Bumi Rafflesia' Ancam Anak-Anak

Demon Fajri , Jurnalis-Minggu, 11 Februari 2018 |15:57 WIB
Gempuran Rokok Murah di 'Bumi Rafflesia' Ancam Anak-Anak
Ilustrasi (Foto: Dokumentasi Okezone)
A
A
A

Batita Tak Berdosa Jadi Korban Asap Rokok

Rokok bukan hanya menggangu kesehatan perokok aktif. Asap rokok juga membuat gangguan kesehatan, perokok pasif. Raffa Satria Pratama, satu dari perokok pasif. Terdampak "keganasan" asap rokok. Bayi Tiga Tahun (Batita), berusia 1 tahun 4 bulan ini menderita sakit infeksi di paru-paru dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Adzan salat Isya, baru saja dikumandangkan. Kota Bengkulu, di guyur hujan dengan intensitas ringan, pada malam itu. Sejuk suasananya. Tak lama hujan membasahi tanah kota ini. Termasuk di Kelurahan Pasar Bengkulu Kecamatan Sungai Serut. Belakang tembok sekolah, SMPN 7 persisnya.

Di samping sekolah ada gang. Hanya bisa dilewati satu kendaraan roda empat. Bangunan rumah permanen berdiri kokoh disepanjang lorong itu. Ada sebuah rumah sederhana dihuni keluarga pasangan suami istri (Pasutri), Ahmad Toyib dan Okti Irmanita.

Sekira 100 meter dari simpang sekolah. Aspal jalan di lorong itu belum kering, kena hujan. Tidak banyak kendaraan melintas. Hanya sesekali, sepi. Hawa udara pun dingin. Sisa-sisa hujan. Sehingga penghuni rumah di daerah tersebut. Memilih di dalam rumah.

Rumah berkonsep sederhana ditinggali Okti Irmanita, ibunda Raffa Satria Pratama. Bayi tiga tahun (Batita) itu sempat jatuh sakit. Asap rokok, salah satu penyebab penyakitnya. Korban dari kepulan asap yang dikeluarkan dari mulut, ayah dan kakeknya.

Malam itu batita kelahiran Bengkulu, 20 Agustus 2016, sudah tidur di kamar. Cukup lama. Di depan kamarnya ada ruang tamu. Kursi tamu tersusun horizontal. Mejanya di samping. Ibunda, Raffa masih didalam kamar, kala itu.

 Saffa Satria Pratama jadi korban asap rokok (Foto: Demon/Okezone)

Di depan kursi tamu ada juga satu unit sepeda motor jenis matic, milik Ibuda Raffa. Tak lama Okti keluar dari kamar, usai menemani anak pertamanya tidur. Suaminya masih bekerja. Okti langsung duduk santai di kursi tamu.

Raffa, sempat mengalami gangguan kesehatan. Anak semata wayang Okti, sakit. Infeksi pada paru, klaim dokter. Batita itu sempat di rawat satu minggu di rumah sakit Tiara Sella Bengkulu. Empat kilometer (KM) dari rumahnya.

Batita itu demam tinggi, mulanya. Bocah itu sempat ditangani tim medis di Klinik Sint Carolus Kota Bengkulu, saat itu. Oktober 2017, tepatnya. Dua hari kemudian kesehatan Raffa membaik.

Hari berganti hari. Begitu minggu berganti minggu. Anak pasutri ini kembali sakit, demam tinggi. Nafas Raffa, sesak. Dua minggu kemudian persisnya. November 2017, kira-kira. Khawatir, cemas dan panik menghantui ibunda, Raffa.

Raffa langsung dilarikan ke rumah sakit Tiara Sella. Respons cepat dari tim medis langsung diberikan. Infus, adalah langkah pertamanya. Di bagian paru-paru mengeluarkan cairan/lendir kotoran. Berkat usaha tim medis.

Ketika tidur, Raffa mengeluarkan suara. Seperti, susah bernafas. Anak Okti belum pernah mengalami hal itu sebelumnya. Satu minggu dirawat di rumah sakit, perubahan kesehaan Raffa sudah terlihat, membaik.

"Anak ibu menderita infeksi paru. Ini disebabkan asap rokok dan bisa juga debu," kata Ibunda Raffa, Okti, meniru ucapan dokter di rumah sakit Tiara Sella yang menangani anaknya.

Keluar dari rumah sakit, tidak seutuhnya pulih. Raffa musti minum obat secara rutin, 10 hari lamanya. Resep dokter. Obatnya, berbentuk puyer dan sirup. Empat macam. Keceriaan, Raffa kembali normal. Bermain dan berlarian, kebiasaannya.

Berat badan Raffa, berangsur naik. Dua kilogram (Kg). Ketika sakit turun 9 Kg. Sekarang normal, 11 Kg, berat badannya. Itu tidak lepas pengaruh dari asupan makanan dan Air Susu Ibu (ASI). Efek obat yang diminum rutin juga mempengaruhi.

Penyakit Raffa cepat diketahui. Sehingga, tidak minum obat sembilan bulan. Termasuk check-up kesehatan di rumah sakit.

"Saat ini kondisi Raffa sudah sehat. Sejak keluar dari rumah sakit penyakit Raffa tidak ada kambuh lagi, semoga saja tidak kambuh untuk seterusnya," sampai Okti, penuh harap.

"Panik lah. Anak pertama masuk rumah sakit, kerja pun harus izin selama satu minggu," sambung Okti, sembari mengenang.

Perempuan 30 tahun ini mengakui, jika suami dan kakek Raffa, perokok aktif dan menjadi pecandu berat. Ia tidak menapik gangguan kesehatan dialami anaknya, dari asap rokok. Setiap hari, Raffa tinggal di rumah. Diasuh kakek.

Efek buruk itu bukan hanya dari asap rokok. Dari bau asap rokok di pakaian. Baik dari pakaian suaminya maupun kakek, Raffa. Sejak kejadian itu, ayah Raffa dan kakek Raffa tidak merokok di dalam rumah. Menjauh dari Raffa.

"Ayah Raffa masih merokok. Begitu juga kakek Raffa. Saat mereka mau merokok selalu menjauh dari Raffa," terang perempuan kelahiran Bengkulu 27 Oktober 1987 ini.

Perawatan di rumah sakit, orangtua Raffa menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan dari tempat orangtuanya bekerja. Sehingga, biaya ditanggung sepenuhnya secara gratis. Begitu juga dengan obat yang diminum secara rutin oleh Raffa.

"Saya menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan. Semoga saja, penyakit anak saya ini tidak kembali kambuh," harap Okti.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement