Kisah Pecandu Rokok Berujung Sakit Paru
Sebanyak 67.507 masyarakat di provinsi dengan julukan "Bumi Rafflesia" terserang penyakit tidak menular. Sepanjang 2015 hingga Juni 2017. Salah satu penyebabnya, rokok. Bagaimana dampak "keganasan" rokok bagi kesehatan?
Ibnu Hajar (31), Ramdani (60) dan Raffa Satria Pratama (1 tahun 4 bulan), misalnya. Mereka terdampak rokok dan asap rokok, secara langsung. Warga Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu itu diklaim menderita sakit paru, TBC dan sesak nafas atau asma. Mereka bertiga berkisah. Dampak buruk dari "keganasan" rokok.
Sore itu awan kelam menggelayut di Kota Bengkulu. Di lorong sempit Kelurahan Jitra Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu, persisnya. Gang sempit itu berada tak jauh dari tempat makam Inggris. Bangunan rumah permanen pun tertata rapi.
Di lokasi bangunan berhimpitan tanpa batas itu, ada rumah dikontrakkan. Kost-an. Ukurannya tidak begitu besar. Ada tiga pintu dalam satu bangunan kost-an itu. Dua kamar sudah dihuni. Satu kamar, belum.
Di depan kamar kost-an ada ruang tamu. Televisi, kursi tamu adalah fasilitasnya. Satu dari dua penghuni kamar kost itu, dihuni pencadu berat rokok. Ibnu Hajar (31) namanya. Kamarnya, dekat pintu masuk bangunan kost warna abu-abu.
Ibnu Hajar, saat memegang obat untuk sembuh dari penyakit paru (Foto: Demon/Okezone)
Saat masuk, pria kelahiran Makassar 1 Januari 1986 itu sedang bersantai di kamar. Ia bergegas keluar dan duduk di kursi tamu depan kamarnya. Kesehatannya sempat memburuk. Sehingga masuk rumah sakit Bhayangkara Bengkulu.
Rumah sakit itu tak jauh dari tempat tinggalnya, 300 meter kira-kira. Pria ini korban dari gempuran rokok di Tanah "Bumi Rafflesia" yang berujung sakit paru. Saat keluar dari kamar, ia terlihat lemas. Seperti tidak bergairah. Sakit, menghisap rokok penyebabnya.
Kecanduan rokok sejak di kelas X SMA. April 2017, di rawat rumah sakit. Saat itu dirinya bersekolah di tanah kelahirannya, Makassar. Bersama orangtuanya. Semasa di SMP, ia belum menghisap batang rokok.
Jaja, panggilan akrab pria ini. Mengaku pengaruh lingkungan menjadi salah satu penyebab menjadi pecandu rokok. Lingkungan sekolah dan masyarakat menjadi penyumbang besar, terpapah menghisap batang rokok.
"Aku sudah mengenal rokok sejak kelas 1 SMA. Kenal rokok karena pengaruh lingkungan. Bulan April 2017, aku masuk rumah sakit dan dirawat satu minggu," kata Jaja.
Karyawan salah satu perusahaan di Kota Bengkulu, pekerjaan pria berambut pendek ini. Satu hingga dua per hari menghisap batang rokok, awal mulanya. Secara berangsur, candu. Uang jajan sekolah dari orangtua digunakan untuk melepas candu itu.
Hari terus berganti, bulan terus berjalan, menghisap batang rokok semakin "buas". Tahun 2002 hingga April 2017 adalah masa-masa menjadi pencandu berat rokok pria yang merantau ke Kota Bengkulu, tahun 2015 ini. Dua bungkus rokok, habis per hari.
Selama 15 tahun "buas" merokok. Rasa sakit mulai mengganggu kesehatannya. Satu minggu, dirawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Bengkulu. Hasil rontgen menyatakan bagian organ dalam tubuh atau di bagian paru-parunya sudah berlobang. Terlihat sudah tinggal setengah.
Organ tubuhnya di sebelah kiri atau paru mengeluarkan cairan warna kuning. Nafas terasa sesak. Sakit paru-paru efek dari rokok klaim dari dokter yang menangani Jaja. Sesak nafas dan terasa sakit di bagian paru, gejalanya. Satu minggu dirawat. Belum dinyatakan sehat.
Obat dari dokter harus di minum sembilan bulan. Obatnya, kapsul dan tablet. Di minum rutin, setiap hari. Ada obat yang satu minggu tiga kali harus diminum. Puluhan tablet/kapsul, masuk ditubuhnya. Perawatan di rumah sakit dan obat dari fasilitas BPJS Kesehatan.
Sejak itu, Jaja tidak bisa aktif bekerja. Ketika berjalan jauh atau bekerja berat-berat, mudah lelah. Efek lainnya muncul ketika obat rutin tidak dikonsumsi. Dada di bagian kiri terasa sesak dan kepala terasa pusing.
Obat yang dikonsumsi secara rutin membuat perubahan di paru-paru-nya. Hasil rontgen, paru-paru yang dulunya bolong terlihat sudah tertutup. Namun, dia belum begitu bisa meninggalkan candu rokok.
Untuk menghilangkan rasa candu, satu hari musti mengisap batang rokok. Sejak merokok dikurangi, nafsu makan bertambah. Berat badannya bertambah enam kilogram. Dia terus berusaha menjauhi rokok dan berhenti secara total.
"Obat itu masih aku minum secara rutin sampai Maret 2018. Jika tidak diminum kepala aku terasa pusing dan dada terasa sesak. Sejak minum obat perubahan sudah ada," kata Jaja, sembari menunjukkan obat yang diambil dari dalam kamarnya.